Oleh : Ns Risno
ensrisno@gmail.com
KALAU mulut kita kerap berucap dusta, orang lain akan dengan gampang mengenali diri kita sebagai si pendusta. Kalau prilaku sehari-hari kita buruk, orang lain akan dengan mudah melihat diri kita sebagai orang yang berakhlak buruk.
Namun, kalau di dalam hati ini ada ketidakikhlasan, riya’, ujub, sombong, meremehkan orang lain, maka orang lain tidak akan ada yang mengetahuinya.
Orang lain melihat diri kita itu menurut apa yang kita lahirkan. Sedangkan apa yang tersembunyi di dalam hati hanya Allah dan diri kita sendirilah yang mengetahuinya.
Oleh karena yang mengetahui dan mengenali apa yang ada di dalam hati ini adalah diri kita sendiri, maka diri kita sendirilah yang harus mengoreksi, apakah di dalam hati ini tersembunyi ketidak ikhlasan, riya’, ujub, sombong, serta meremehkan orang lain. Kita harus jujur menjawabnya dan kalau sekiranya ada, segeralah hal itu kita keluarkan dan buang jauh-jauh. Jangan biarkan ia terus bersembunyi di dalam hati meskipun orang lain tidak ada yang mengetahui.
Jangan menganggap remeh dan sepele apa yang ada di dalam hati. Amalan hati akan menentukan amalan lahir. Di terima atau ditolaknya amal tergantung amalan hatinya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut kebanyakan pandangan orang melakukan amalan amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.”
Orang beramal dengan amalan surga namun di akhirat justru mendapatkan tempat di neraka. Mengapa demikian? Hal itu disebabkan karena apa yang dilahirkan berbeda dengan apa yang tersembunyi dalam hatinya. Lahirnya mengerjakan amal sholih, amalan-amalan yang dapat memasukan dirinya kedalam surga. Namun batinya mengerjakan amalan-amalan buruk seperti, tidak ikhlas, riya’, ujub, sombong, meremehkan orang lain, amalan-amalan yang justru menyeretnya ke dalam neraka.
Nah, karena begitu utamanya amalan hati hendaknya kita selalu waspada dan senantiasa muhasabah. Jangan sampai kita menyesal di akhirat kelak lantaran dosa amalan hati.
Dalam Al Qur’an surat Al-an ‘am (6) ayat ke 120, Allah Subhanahu wa ta’ala menyuruh kita agar meninggalkan perbuatan dosa, baik dosa yang dikerjakan lahiriah kita maupun dosa yang dikerjakan batin kita, “Dan tinggalkanlah dosa yang lahir maupun yang batin. Sungguh orang orang yang mengerjakan (perbuatan) dosa kelak akan diberi balasan sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.” Wallahu a’lam. []
Magetan, Desember,2016