Table of Contents
RAMADHAN telah berlalu. Namun, amal ibadah dan kebaikan yang telah dilakukan selama Ramadhan tetap harus istiqamah dilakukan. Lantas, apa saja amalan setelah Ramadhan yang harus dijaga sepanjang tahun?
Berikut beberapa amalan setelah Ramadhan yang dapat dilaksanakan pada bulan Syawal dan seterusnya:
1 Amalan setelah Ramadhan: Tetap Menjaga Shalat Lima Waktu dan Shalat Jama’ah
Bulan Ramadhan sungguh sangat berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Orang yang dulu malas ke masjid atau sering bolong mengerjakan shalat lima waktu, di bulan Ramadhan begitu terlihat bersemangat melaksanakan amalan shalat ini. Itulah di antara tanda dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka ketika itu. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Muslim no. 1079)
Namun, amalan shalat ini hendaklah tidak ditinggalkan begitu saja. Jika memang di bulan Ramadhan, kita rutin menjaga shalat lima waktu maka hendaklah amalan tersebut tetap dijaga di luar Ramadhan, begitu pula dengan shalat jama’ah di masjid khusus untuk kaum pria.
BACA JUGA: 3 Amalan Pelancar Rezeki
2 Amalan setelah Ramadhan: Membaca Alquran
Saat menjalankan ibadah puasa Ramadan, banyak muslim yang mengisi hari-harinya dengan membaca dan memahami Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an memang memiliki banyak keutamaan. Oleh karena itu, amalan ini sangat baik jika dilakukan secara rutin, bukan hanya di bulan Ramadhan.Melainkan, sepanjang tahun.
3 Amalan setelah Ramadhan: Memperbanyak Puasa Sunnah
Selain kita melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan, hendaklah kita menyempurnakannya pula dengan melakukan amalan puasa sunnah.
Banyak puasa sunnah yang dapat dilakukan oleh seorang muslim setelah Ramadhan:
- Puasa syawal. Di bulan Syawal, kita dapat menunaikan puasa enam hari Syawal.
- Puasa Ayyamul Bidh. Setiap bulan Hijriyah kita juga dapat berpuasa tiga hari dan lebih utama jika dilakukan pada ayyamul bid yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15.
- Puasa Senin-Kamis, dan lain-lain. Kita juga dapat melakukan puasa Senin-Kamis, puasa Arofah (pada tanggal 9 Dzulhijah), puasa Asyura (pada tanggal 10 Muharram), dan banyak berpuasa di bulan Sya’ban sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi ﷺ.
- Puasa Daud. Jika ada yang punya kemampuan, boleh juga melakukan puasa Daud yaitu sehari berpuasa dan sehari tidak.
4 Amalan setelah Ramadhan: Berpuasa Enam Hari di Bulan Syawal
Hendaklah di bulan Syawal ini, setiap muslim berusaha untuk menunaikan amalan yang satu ini yaitu berpuasa enam hari di bulan Syawal. Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164)
Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56)
Bagaimana cara melakukan puasa ini?
An Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.”
5 Amalan setelah Ramadhan: Puasa Qadha
Puasa qadha termasuk puasa wajib, karena amalan ini merupakan pengganti puasa Ramadhan bagi sebagian muslim yang berhalangan melaksanakan puasa di bulan Ramadhan sebagaimana yang diatur dalam syariat.
Siapa yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan karena sakit atau bersafar (menjadi musafir), maka ia wajib mengqadha’ sesuai jumlah hari yang ia tidak berpuasa. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 185)
BACA JUGA: 3 Amalan Masuk Surga
Berikut beberapa aturan qadha’puasa:
- Jika ada yang luput dari berpuasa selama sebulan penuh, ia harus mengqadha’ sebulan.
- Boleh puasa pada musim panas diqadha’ pada musim dingin, atau sebaliknya.
- Qadha’ puasa Ramadhan boleh ditunda.
- Jumhur ulama menyatakan bahwa menunaikan qadha’ puasa ini dibatasi tidak sampai Ramadhan berikutnya (kecuali jika ada uzur).
- Apabila ada yang melakukan qadha’ Ramadhan melampaui Ramadhan berikutnya tanpa ada uzur, ia berdosa.
- Yang harus dilakukan ketika menunda qadha’ Ramadhan melampaui Ramadhan berikutnya adalah (1) mengqadha’ dan (2) menunaikan fidyah (memberi makan kepada orang miskin untuk setiap hari puasa). Hal ini berdasarkan pendapat dari Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhum. Fidyah ini dilakukan karena sebab menunda. Adapun fidyah untuk wanita hamil dan menyusui (di samping menunaikan qadha’) disebabkan karena kemuliaan waktu puasa (di bulan Ramadhan). Adapun fidyah untuk yang sudah berusia lanjut karena memang tidak bisa berpuasa lagi.
- Yang menunda qadha’ puasa sampai melampaui Ramadhan berikut bisa membayarkan fidyah terlebih dahulu kemudian mengqadha’ puasa (Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 28:75-76). []
SUMBER: RUMAYSHO