ALLAH SWT memberikan kehidupan di muka bumi ini tidaklah cuma-cuma. Dibutuhkan suatu hasil tertentu di dalamnya. Salah satunya ialah agar makhluk yang diberi akal dan pikiran mampu mengenal Tuhannya. Itulah manusia, makhluk yang diberi amanat daripada makhluk lainnya.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Maka, semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,” (QS. Al-Ahzab: 72).
Apakah arti amanat dalam ayat tersebut?
Itulah yang mungkin kini berada dalam benak Anda. Pertanyaan yang memang manusia belum mampu memahami akan hal itu.
Ketahuilah, bahwa Allah SWT mengemukakan amanat sebagai tawaran dan bukan tugas paksa, jadi yang ditawari berhak menerima atau menolak. Enggan untuk memikul amanat bukan berarti langit, bumi dan gunung-gunung itu menentang, tetapi khawatir kalau tidak mampu melaksanakannya.
Langit, bumi dan gunung-gunung memilih menjadi makhluk Allah yang menjalani perintah saja dan makhluk yang mempunyai kemampuan memilih. Manusia menerima amanat Allah itu, yaitu pilihan.
Manusia kurang memperhitungkan kemampuan dirinya bahwa dia akan menghadapi godaan dan rayuan hidup. Oleh karena itu, Allah SWT menyebut sifat manusia, “Sesungguhnya manusia amat zalim dan amat bodoh.”
Seolah-olah Allah SWT berfirman kepadanya, “Hai manusia janganlah bersifat bangga ketika memikul amanat, tetapi kenalilah dirimu sendiri saat melaksanakan amanat (tugas) itu.”
Manusia memperebutkan kedudukan dan jabatan tetapi dia akan tahu dirinya dan mengukur kemampuannya sendiri saat melaksanakan amanat itu. []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani