SETIAP manusia dianggap wajar ketika memiliki kemarahan, kemarahan yang dilakukan tidak heran disebabkan karena kesahalan. Namun apa jadinya, jikalau kemarahan yang diperbuat malah akan berujung pada tindakan kriminalitas?
Kemarahan yang meluap-luap biasanya membuat seseorang tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. Kemarahan disebabkan oleh beberapa faktor, mustahil jika kemarahan tidak disebabkan oleh apa-apa.
Ada hal yang harus ditanamkan ketika kemarahan datang menghampiri kita dengan cara menahan emosi yang senantiasa membuat kita terpancing emosi. Berusahalah untuk tetap berada dengan orang-orang yang senang berbuat baik, dan yang terakhir berusahalah untuk menghindari Karena mendekati kemarahan akan senantiasa mendekati kepada kejahatan sehingga neraka menjadi tempat jebakan bagi setiap yang melakukan kemarahan, Na’udzubillah.
Dengan kita menjauhi yang namanya marah kita akan senantiasa jauh pula dengan neraka. Sungguh Rasulullah memberitahukan bahwa dengan kita memiliki ilmu kita akan senantiasa mendapatkan naungan syurga sehingga sikap marah pun dapat dikendalikan.
Kemarahan biasa dilakukan oleh beberapa pihak yang di antaranya ada persepsi yang berbeda. Mereka yang bertahan karena merasa menang bukanlah seseorang yang menang dalam bergulat namun menang dalam menahan emosi. Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “ Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya”.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ilmu agar mendekatkan ke surga dan menjauhi neraka adalah dengan tidak meluapkan kemarahan.
Dengan demikian perlulah kita mengikuti perkataan Rasul agar hidup kita dapat membentuk masyarakat yang damai dan suci, dan selalu menciptakan hasil kebaikan dan kesempurnaan dalam semua aspek kehidupan manusia.[]
Sumber: Akhlak Tasawuf/ Ahmad Mustofa/ Pustaka Setia, Bandung