Oleh: Mia Fitriah Elkarimah
el.karimah@gmail.com
SIAPA yang tidak kenal dengan sahabat Rasulullah yang mulia, Amr bin Ash bin Wa’il bin Hisyam, sahabat ini terkenal memiliki kepiawaian yang luar biasa dan keahlian dalam berpolitik, sosok politisi yang ahli strategi berperang, dan negosiator ulung, Tidak heran, sebelum hidayah Islam mengetuk hatinya, orang-orang Quraisy mengirim Amr bin Ash untuk melobi an-Najasyi agar mengembalikan orang-orang Mekah yang hijrah ke Habasyah (Etiopia) karena lari menyelamatkan diri dari penindasan kaum musyrikin Quraisy di Mekah.
Pada era Abu Bakar Ash-Shiddiq, Amr bin ash diberi tugas sebagai salah satu panglima pasukan muslim dalam pembebasan kota-kota di Palestina. Peran itu berlanjut pada masa Umar bin Khattab, Khalifah Umar mengetahui bakat yang dimiliki Amr, dan ia betul-betul memperhitungkannya. Ketika Umar mengirimnya ke Syam, sebelum ke Mesir, ada orang yang berkata kepada Umar bahwa tentara Romawi di Syam dipimpin oleh Arthabon (maksudnya, panglima yang lihai dan gagah berani). Maka, Khalifah Umar menjawab, “Kita juga ada Arthabon dari Arab, yakni Amr bin Ash.”
BACA JUGA: Merasa Dikhianati Amr bin Ash, Abu Musa Asingkan Diri ke Dekat Baitul Haram
Tapi nama beliau banyak yang menginterpretasi pada peristiwa tahkim ini, sebagai sahabat yang ambisius dan licik, sehingga Abu Musa al-Asy’ari dapat diperdaya olehnya. Sebagaimana dinukilkan dari Miftahur Ridho dalam jurnal Humanistika, Volume 5, Nomor 1, Januari 2019. Bahwa Pendapat yang mengatakan bahwa Abu Musa al-Ash’ari dalam peristiwa tahkim menjadi korban kelicikan Amr bin Ash, telah menafikan fakta-fakta integritasnya yang menggambarkan keutamaan, kecerdasan, kefaqihan, dan keagamaan yang dimiliki keduanya baik itu Abu Musa dan Amr bin Ash. Buktinya, Amr bin ‘Ash dikenal sebagai salah seorang hakim yang cerdas di kalangan masyarakat Arab.
Syaikh Ibn Taimiyyah dalam Fatawanya menyebutkan bahwa tidak ada seorang ulama salaf pun yang menuduh ‘Amr bin ‘Ash sebagai orang yang munafik dan penipu.
Orang yang mulia saja, Rasulullah mengatakan bahwa Amr bin Ash adalah orang yang beriman.
ابْنَا الْعَاصِ مُؤْمِنَانِ هِشَامٌ وَعَمْرٌو
“Dua orang anak laki-laki al-Ash adalah orang yang beriman, yaitu Hisyam dan Amr.” (HR. Ahmad)
Rasulullah sangat mencintai dan mengagumi kemampuan Amr bin Ash, terbukti dengan beliau mengangkatnya sebagai pimpinan pasukan perang Dzatu Salasil, setelah perangpun Nabi memuji tindakan Amru yang sangat berhati-hati..
Kehati-hatian beliau terlihat selama dimedan perang Amr bin Ash memberikan kebijakan yang kontroversial, yang tujuannya adalah kamu muslimin menang di Medan perang. Kebijakan itu tidak ditentang, padahal sahabat Nabi yang lebih senior dan mumpuni, bisa saja membantah, tapi inilah gambaran para sahabat nabi, begitu saling memulyakan, saling menghormati, betapa ketaatan kepada pemimpin dan kerja sama tim yang baik akan membuahkan hasil.
Persaksian Rasulullah kembali juga kepada Amr bin Ash termaktud dalam sabdanya,
إِنَّ عَمْرَو بْنَ العَاصِ مِنْ صَالحِي قُرَيْش
“Sesungguhnya Amr bin Ash adalah di antara orang-orang yang baik dari kalangan Quraisy.” (HR. Tirmidzi ).
Sekarang ketika pandemik covid-19 merebak, nama sahabat ini selalu digaungkan sebagai pencetus social distancing, sebuah langkah preventif yang dinilai efektif oleh manusia modern yang sesungguhnya bukan “ide baru.”
BACA JUGA: Nasihat Nabi kepada Abdullah bin Amr bin Ash
Empat belas abad silam, tepatnya pada tahun 639 M/18 H, ide social distancing ini sudah dicetuskan oleh sahabat nabi Amru bin Ash, Waktu itu Khalifah Umar sudah kewalahan. Karena wabah yang merenggut puluhan ribu umat muslim (para ulama berbeda pendapat terkait jumlah pastinya) wafat karena wabah mematikan ini, tak terkecuali para sahabat, termasuk dua gubernur Syam juga meninggal berturut-turut. Pertama Abu Ubaidah bin Jarrah Kemudian digantikan oleh Muaz bin Jabal.
Amr bin Ash yang diangkat oleh Umar bin Khattab sebagai gubernur Syam mencoba melakukan diagnosa terhadap penyebab dan penyebaran wabah. Amr mengatakan bahwa wabah seperti api yang berkobar dan selama masih ada kayu bakar, dia akan terus menyala. Selama masih ada orang yang sehat, ia akan terus menyebar.
Dia melihat solusi menghentikan wabah adalah dengan menyuruh penduduk sehat pergi menyingkir ke bukit-bukit.
Langkah Amr Bin Ash yang memerintahkan rakyatnya untuk berpencar ini kalau pada saat ini bisa disamakan dengan social distancing atau pembatasan sosial. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.