AN-NADHIR bin al-Harits bin Alqamah al-Quraisyi masuk Islam tak lama sebelum terjadinya Fathu Makkah, lalu ia berhijrah ke Madinah. Ia terus bersyukur kepada Allah atas nikmat Islam yang sebagaimana tidak pernah dirasakan oleh saudara dan ayahnya yang mati dalam keadaan musyrik.
Dalam perang Hunain dan perang Thaif, Rasulullah memberinya seratus ekor unta yang dikirim melalui salah seorang dari Bani ad-Dil. Orang tersebut kemudian memberinya kabar perihal pemberian tersebut.
BACA JUGA: Untuk Apa Lagi Hidup setelah Kepergian Rasulullah?
Lalu setelah memberi kabar itu, ia berkata, “Berikan aku beberapa bagian darinya.”
An-Nadhir berkata, “Aku tidak ingin mengambilnya, sebab aku mengerti bahwa beliau memberikan ini sebagai imbalan atas keislaman diriku. Dan aku tidak ingin imbalan apa pun dari Islam.
Kemudian utusan tersebut berkata, “Aku tidak memintanya, itu pemberian dari Rasulullah.
BACA JUGA: Syammas menjadi Tameng dan Perisai Rasulullah
Akhirnya an-Nadhir mengambil unta tersebut dan memberikan sepuluh unta untuknya. Kemudian ia bergegas menuju Rasulullah dan duduk bersama beliau. Ia bertanya mengenai kewajiban shalat dan waktu pelaksanaannya. Setelah itu ia meninggalkan Rasulullah seraya berkata, “Demi Allah, Rasulullah lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” []
Sumber: Walid al-A’zhami, Nabi Muhammad di Hati Sahabat., hal 245, 246.