Oleh: Ahmad Yasin
malikm90@rocketmail.com
BUTUH proses dan waktu untuk membangun diri. Dan tidak menghilangkan kemungkinan bagi siapapun yang mau bangkit, ia akan mendapatkan apa yang diharapkan. Kegigihan dan keuletan harus tertanam kuat dalam diri. Karena tanpa kedua hal tersebut bisa jadi kita akan lengah dan lalai.
Memposisikan diri pada hal yang bermanfaat adalah langkah pertama yang harus ditempuh. Ruh bangkitnya diri akan semakin terpupuk jika kita aktif. Semakin memberi peluang manfaat bagi orang lain maka akan semakin banyak peluang pula kita akan sukses. Tak bisa dielakkan manusia memang bersifat sosial yang memiliki keterikatan dengan sesamanya. Maka dibutuhkan kerjasama yang baik antar partner.
Selain kegigihan, keuletan dan kerjasama antar partner juga dibutuhkan kesadaran akan keahlian diri. Setiap individu harus sadar dengan kemampuan dan kelemahan dirinya. Sehingga ia dapat mengatur dimana dia harus berposisi.
Kesadaran ini sangat penting dan urgen. Karena jika seseorang tidak faham dengan kemampuan dirinya, bisa-bisa akan salah posisi dan tidak akan membuahkan hasil. Ya disebagian individu memang bisa menirukan keahlian-keahlian. Bisa dikata mahir dalam segala hal, dengan syarat ia mau mempelajari objeknya. Hal seperti ini memang mungkin bisa dicapai. Namun alangkah lebih baiknya ia bisa mengatur dirinya kepada hal yang lebih spesifik dan terarah.
Selain kesadaran diri akan kemampuan, setiap individu harus tau dan siap gerak pada keahliannya. Terkadang seseorang membutuhkan orang lain untuk mempresentasikan dirinya. Suatu contoh, “bro kira-kira ana cocok kerja apa ya?”, atau “ana keahliannya apa ya?”. Pertanyaan-pertanyaan seperti sesekali tidak apa-apa. Jika untuk menambah kepercayaan diri.
Kecenderungan takut dan malu dalam bergerak dan berekspresi adalah kendala utama. Maka harus dilawan dan dibersihkan.
Sikap totalitas dan loyalitas dalam bergerak, akan memacu gerak seseorang semakin cepat dan terarah. Semakin dia percaya diri dengan batasan tidak sombong, insyaAllah akan mencapai harapannya. Karena dari kepercayaan diri inilah akan muncul power yang bisa menuntun dirinya menuju objek yang diharapkan.
Selain upaya-upaya dan kiat-kiat secara empiris, seseorang tidak boleh lupa bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunya Pencipta dan Pengatur di alam semesta ini. Sehingga ia tetap yakin hasil ada pada kehendak Allah subhanahu wa ta’ala, dan selalu husnudzan terhadap taqdirNya.
Seimbang dalam usaha dan doa, sadar akan kemampuan diri, kerjasama dan percaya diri. Semua itu menjadi tumpuan utama untuk menyandarkan kesuksesan diri. Setelah semua usaha sudah dilakukan tugas terakhir adalah bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Untuk bergerak tidak harus menunggu esok atau lusa. Tapi mulai dari sekarang dan mulai dari hal terkecil yang kita mampu.
Sabar dan ulet, suatu yang besar dimulai dari yang kecil. Itulah kehidupan, semua butuh proses dan tahapan. Wallah a’lam. []