Oleh: Nurul Aqidah
Ummu wa rabbatul bait di Bogor
nurulaqidahku@gmail.com
ANA khoirun minhu, saya lebih baik daripada dia. Kata pertama kali yang diucapkan oleh Iblis untuk menunjukkan ketakaburannya. Diabadikan dalam Alquran surat Al-A’raf ayat 12.
Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (TQS. Al-A’raf [7]:12)
Takabur ialah sikap membanggakan diri, sombong dan memandang derajat orang lebih rendah daripada dirinya atau tidak mau taat terhadap Allah SWT.
Dosa pertama kali yang dibuat kepada Allah adalah kesombongan yang dilakukan oleh Iblis. Merasa dirinya lebih mulia karena asal penciptaannya, nasab atau keturunan.
Padahal dalam Islam, kemuliaan tidak ditegakkan berdasarkan nasab. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa”. (TQS. Al-Hujurat [49]:13 )
BACA JUGA: 4 Azab bagi Manusia Sombong
Bentuk takabur setidaknya ada dua macam. Takabur terhadap kebenaran dan takabur terhadap manusia.
Takabur terhadap kebenaran berarti menolak segala kebenaran yang datangnya dari Allah. Tidak menerima aturan yang Allah turunkan kepada Rasulullah SAW berupa syariat Islam. Orang yang menolak secara keseluruhan aturan Allah maka tergolong kafir dan akan kekal di neraka.
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”. (TQS Al-Maidah [5]: 44)
Adapun sikap seorang muslim terhadap setiap kebenaran yang datang dari Allah adalah wajib menerimanya secara penuh. Sebagaimana firman Allah SWT: “Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata”. (TQS. Al-Ahzab [33]:36)
Takabur yang kedua adalah kesombongan terhadap manusia. Merasa diri kita lebih mulia sehingga merendahkan dan meremehkan orang lain. Secara umum bentuk kesombongan terhadap manusia bisa terjadi dalam urusan ilmu, amal dan dunia.
Tanda-tanda orang yang takabur karena ilmunya adalah tidak mau mendengarkan nasihat dari orang yang lebih bodoh darinya. Merasa dirinya paling pintar dan tidak memerlukan bantuan orang lain.
Adapun orang yang takabur karena amalnya, merasa dirinya sangat sholih dan menganggap amalnya sudah banyak sehingga dia merendahkan orang lain.
Pada zaman Nabi Muhammad saw di Madinah, ada seseorang yang jika sholat, dia sudah datang sebelum sahabat nabi datang. Dan masih sholat, saat sahabat Nabi pulang. Kagum atas ibadah orang ini, sahabat Nabi menceritakan kepada Nabi Muhammad saw.
Ketika Nabi melihatnya, Nabi berkata, “Aku seperti melihat bekas tamparan setan diwajahnya” dahi yang gosong.
Lalu Nabi mendatangi orang tersebut dan bertanya, “Apakah waktu kamu sholat, kamu merasa tidak ada yang lebih baik dari dirimu?”
“Benar, ” jawab orang tersebut, sambil masuk ke mesjid.
Nabi Muhammad lalu berkata kepada sahabatnya, “Kelak akan muncul kaum dari keturunan orang tersebut. Bacaan Alquran kamu tidak ada nilainya dibandingkan bacaan mereka, dan sholat kamu tidak ada nilainya dibandingkan sholat mereka, dan puasa kamu tidak ada artinya dibandingkan puasa mereka.
Mereka membaca Alquran sehingga kamu akan menyangka bahwasanya Alquran itu milik mereka saja, padahal sebenarnya Alquran itu akan melaknat mereka. Umatku akan menderita di tangan mereka. Merekalah seburuk-buruknya manusia. Jika aku hidup saat itu, aku akan bangkit melawan mereka” Hadits (Shahih Bukhari Muslim).
Ternyata manusia yang paling buruk menurut Nabi Muhammad SAW adalah mereka yang justru menjadi ahli ibadah, ahli sujud, ahli Alquran dan ahli puasa tetapi merasa paling baik “ana khoirun minhu” dan merasa paling benar dalam menjalankan syariah Islam.
BACA JUGA: Kisah Bai’at Hindun binti ‘Utbah yang Sombong
Takabur dalam urusan dunia bisa disebabkan karena nasab, harta kekayaan, jabatan dan kedudukan, kekuasaan, kecantikan, kekuatan dan kesehatan, popularitas dan lain sebagainya. Merasa lebih memiliki semua itu dibandingkan orang lain.
Padahal pada hakikatnya, siapa yang memberikan semua kelebihan-kelebihan itu?
Semua murni hanyalah nikmat dari Allah SWT. Jika Allah berkehendak, sangat mudah bagi Allah untuk mencabut kelebihan-kelebihan tersebut. Karena sesungguhnya manusia tidak memiliki apa-apa, lalu mengapa harus takabur terhadap orang lain?
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat takabur walaupun hanya sebesar biji sawi”. (HR. Muslim)
Jadi walaupun sedikit saja terbesit perasaan “ana khoirun minhu” maka sudah tergolong ke dalam takabur. Semoga Allah SWT menjauhkan kita dari sikap takabur. Dan hanya kepada Allah lah sebaik-baik tempat kita memohon.
Wallahu a’lam bish-shawabi. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.