BANDUNG–Selain orang tua, anak-anak kecil juga ikut menjadi korban kerusuhan di Wamena, Papua. Anak-anak ini dikhawatirkan akan mengalami trauma berat akibat kerusuhan yang memakan korban banyak tersebut.
Mental anak-anak tersebut dikhawatirkan tidak siap ketika menyaksikan kerusuhan, terlebih lagi ada pembakaran hingga pembantaian.
Menanggapi hal itu, Rumah Zakat Bandung mengirimkan relawan psikososial untuk mendampingi anak-anak tersebut. Nantinya, di Papua para relawan ini akan melakukan terapi psikologis kepada anak-anak korban kerusuhan.
BACA JUGA: Perantau Ungkap Fakta Mengherankan di Balik Konflik Wamena
“Nah hari ini kita akan kirim tim tambahan, ada tim medis dan tim psikososial, untuk mendampingi anak-anak disana karena kondisinya sangat tidak memungkinan utnuk dilihat anak-anak disana saat ini,” kata CEO Rumah Zakat Nur Efendi saat diwawancarai di Kantor Rumah Zakat, Bandung, Senin (30/9/2019).
Di Wamena, lanjut Nur Efendi, timnya akan bergabung dengan posko-posko TNI sebab untuk mendirikan posko sendiri kondisi belum memungkinkan, dihawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Saat ini kalau melihat kondisi di sana itu semakin membaik karena tim aparat sangat sigap dalam mengamankan, tetapi belum tentu aman makanya terus kita pantau, tim kita juga sekarng bergabung dengan tim TNI disana di posko-posko utama,” lanjutnya.
Di Papua, tim Rumah Zakat mendirikan tiga posko, di Jayapura, dan di Wamena. Meski demikian posko tersebut masih bergabung dengan tim TNI.selain relawan, pihaknya mengirimkan bantuan makanan, pakaian dan obat-obatan.
BACA JUGA: Akibat Kerusuhan di Wamena Papua, 4.656 Orang Mengungsi
”Di sana Tim Rumah Zakat ada dua di posko, pertama ada diJayapura, dan posko kedua ada di Wamena. Kita ikut posko yang ada di kodim dan beberapa titik yang ada di sana jadi kita sifatnya langsung akses kalau di wamena itu kita belum berani mendirikan posko karena kondisinya masih rawan, hari ini secepatnya nanti kita akan lengkapi 5 dokter dan 5 perawat piskososial antara 5-10 orang,” tambahnya.
Dari data yang dihimpun, pihaknya menyampaikan, korban membutuhkan pakaian dan selimut, sebab para pengungsi tidak membawa apa-apa selain pakaian di badan. []
REPORTER: SAIFAL