SEBAGIAN orang menganggap ada dua hal indikator sukses dan bahagianya sebuah rumah tangga. Pertama sebuah keluarga memiliki anak dan kedua mereka memiliki banyak harta.
Akan tetapi, keberhasilan rumah tangga bukan dilihat dari dua hal itu. Jika sepasang suami istri memiliki anak dikatakan dikatakan rumah tangga mereka sukses, maka bagaimana dengan rumah tangga Aisyah bersama Rasulullah SAW? Apakah rumah tangga baginda Nabi dikatakan tidak harmonis? Tidak bahagia?
BACA JUGA: Sukses dan Prestasi Dimulai dari Keluarga
Lalu, rumah tangga Fatimah ra sangat minim harta. Sang Istri pernah menahan laparnya selama beberapa hari hingga kuninglah wajah beliau. Lalu, apakah kita berani mengatakan bahwa Rumah Tangga mereka hancur berantakan di ujung tombak? Tidak. Bahkan Suami Fatimah adalah salah satu penghuni Surga Allah
Jika rumah tangga kita diuji dengan minimnya harta dan tidak dikaruniai keturunan, maka janganlah terburu-buru mengambil keputusan untuk mengakhiri pernikahan itu. Juga, sebagai seorang Suami jangan gampang mengatakan “Aku tak punya harta, aku tak pantas untukmu, duhai istriku.”
Ummahatul mukminin tidak pernah memberatkan suaminya dengan perkataan tercela. Tahukah para Suami, kalimat tersebut justru enggan didengar oleh Istri kalian. Sebab para sahabat tidak tercermin dalam diri mereka sifat keputus-asaan.
Sebenarnya, tolok ukur keberhasilan Rumah Tangga seorang Muslim ialah:
Ketika setelah menikah, maka bertambahlah taqwa mereka kepada Allah.
Ketika setelah menikah, maka bertambahlah amalan-amalan sunnah mereka.
BACA JUGA: Ya Allah, Aku Ingin Menikah
Ketika setelah menikah, bertambahlah hafalan-hafalan mereka.
Ketika setelah menikah, bertambahlah kesabaran mereka dalam setiap takdir Allah.
Ketika setelah menikah, bertambahlah ghiroh mendatangi majelis-majelis ‘ilmu Allah.
Pun, ketika setelah menikah, bertambah berharaplah mereka kepada Rabb-nya agar bisa dinikahkan lagi dalam Jannah Allah tanpa hisab. []
SUMBER: MUSLIMAHZONE