Oleh: Verawati
Ibu Rumah Tangga dan Praktisi Pendidikan
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al-Anfaal:28)
SEMUA pasti sepakat atas jawaban di atas bahwa anak adalah anugerah. Bahkan banyak yang anugerah terindah dan tak ternilai. Lalu jika ditanya lagi dengan pertanyaan, “Anak banyak memberi atau meminta?” Jawabannya tidak bulat lagi, terpecah. Ada yang jawab banyak memberi sebagian menjawab banyak meminta. Karena secara dzohir memang anak banyak meminta.
Kalau jawabannya anak adalah banyak meminta berarti anak bukan anugerah tapi beban. Tapi benarkah anak itu beban? Bayangkan Jika Anda kehilangan anak Anda, apakah senang? Anda akan mengatakan hore bebas. Tentu tidak bukan? Anda akan mencari dan merasa sedih. Merasa kehilangan. Meski anak yang hilang tadi anak yang sering merepotkan, menjengkelkan dan lain sebagainya. Inilah salah satu bukti bahwa anak Anda memberikan arti bagi Anda
Betul. Sesungguhnya anak adalah anugerah terindah yang dikaruniakan Allah SWT. Bayangkan jika Anda kaya, gajih ratusan juta, bisa jalan-jalan setiap bulan keluar negeri, bisa memiliki apa saja dan membeli apa saja. Tapi Anda tidak punya anak. Bagaimana rasanya?
Mungkin awalnya bahagia, pergi kemanapun semaunya. Traveling keliling dunia. Tapi itu semua akan ada bosannya, ada titik jenuhnya dan yang pasti akan ada masa lelah dan tua. Nah. Saat seperti itu, siapa yang akan menemani Anda? Siapa yang akan mengurus Anda di saat tua?
Sekali lagi sungguh, anak-anak adalah anugerah. Saat pecah tangisan di detik kelahirannya sudah membawa kebahagiaan, kemudian saat bisa senyum, saat belajar miring, berdiri, bicara sungguh semuanya membahagiakan. Selalu ada yang baru dari anak, ya setiap tumbuh dan perkembangan nya adalah kebahagiaan. Jangankan saat memanggil Anda dengan sebutan “Mama” kentutnya pun, membuat Anda tersenyum bahkan ketawa bukan? ” Ehh… anak mama kentut ya, mmm bau acem…” sambil Anda senyum dan cium-cium itu anak. Bahagia bukan? Ternyata bahagia itu sederhana
Lalu kenapa saat sudah besar Anda katakan anak adalah beban, bencana dan lain sebagainya. Apa yang salah?
Alkisah suatu hari ada seorang yang membeli sebuah laptop mahal. Karena merasa sudah bisa, sang pembeli tak banyak bertanya. Dibawalah pulang laptop tersebut, setelah beberapa hari di rumah, akhirnya laptop tersebut dibuka dan dioperasikan. Saat membeli, sang pembeli hanya diberikan info tentang menyalakan dan mematikan saja. Apa yang terjadi? Saat dinyalakan, laptop ini nyala tapi tidak terlihat gambar apa pun. Sang pemilik akhirnya merasa kesal dan marah. ” Laptop mahal kok ga bisa dioperasikan,” sahutnya. Akhirnya dia, berniat untuk menghibahkan laptop tersebut kepada saudara.
Saat bertemu saudara dia menyampaikan maksudnya. Kontan saudaranya itu kaget. ” Serius Mas, sampean mau ngasih laptop?” “Benar, aku ora iso nganggone,” sahutnya lagi.” Kan bisa lihat Youtube cara mengoperasikannya? ” sahut Saudara.” Oh…iya,” sang pembeli baru sadar. akhirnya laptop itu bisa dioperasikan. Ternyata laptop tersebut lebih canggih dari laptop yang dulu dia miliki. “Wow. Amazing.”
Jadi ternyata bukan laptop nya yang bermasalah, tapi orang yang punya laptop yang tidak paham. Barangkali ilustrasinya sama, bukan anak yang bermasalah tapi orang tuanya yang tidak paham cara mendidik, cara mengasuh dan membahagiakan anak. Sehingga salah urus, salah asuh dan sebagainya. Akhirnya orang tua juga yang merasa sulit dan anak menjadi beban. Mending menyusahkan orang tua. Bagaimana kalau menyusahkan orang lain.
Inilah alasannya kenapa kita harus belajar mendidik anak. Soal bicara saja, mungkin hal yang sepele sepertinya. Tapi ternyata tidak. Banyak orang tua yang disconnect dengan anak.
Pertanyaannya kapan orang tua banyak bicara dengan anak? Saat anak bermasalah atau saat anak tidak bermasalah. Ternyata orang tua banyak bicara saat anak bermasalah. ” Diam, berisik Ayah lelah mau istirahat,” “Ayah tuh sudah capek kerja buat sekolah kamu mahal,” dan hardikan lainnya. Benarkah dengan seperti itu orang tua sudah mendidik anak? Benarkah orang tua sudah membahagiakan.
Nah masalah bicara atau komunikasi saja ternyata ada ilmunya dan kudu dipelajari. Kenapa orang yang pacaran saling berbisik atau bicaranya tidak keras? Karena mereka saling terhubung hatinya, dekat dan bersama. Maka salah satu teknik dengan anak ketika berbicara seperti orang pacaran, agak lebay. Kadang membicarakan yang tidak penting. Ini dilakukan supaya terjadi keakraban. Setelah akrab akan gampang ngatur ini dan itu. Memberikan nasihat dan lain sebagainya.
Yuk terus belajar, karena tugas kita adalah menyiapkan anak-anak kita untuk berpisah dengan kita. Menyiapkan mereka hidup di jaman milenium yang penuh dengan tantangan.
Dan terus berdoa semoga anak-anak benar-benar menjadi anugerah di dunia dan akhirat. Kita sebagai orang tua diberikan kekuatan untuk bisa melewati semua ujian hidup ini, sehingga Allah akan melimpahkan pahala yang besar untuk kita. Aamiin. Wallahu a’lam bishoab. []