TAK ada cela dalam diri Nabi Muhammad ﷺ. Sifat sederhana dan kedermawanannya sungguh luar biasa. Selama hidupnya Rasulullah ﷺ tak pernah menimbun harta dan selalu membagi-bagikan dari setiap harta yang beliau miliki bagi umatnya yang membutuhkan.
As-Suyuti dalam kitab ad-Durarul Mansur yang mengutip riwayat Ibnu Masud pernah meriwayatkan sebuah kisah ketika seorang anak laki-laki mendatangi rumah Nabi. Saat itu anak tersebut diminta oleh ibunya untuk menghadap Nabi dan meminta sesuatu kepadanya.
“Wahai Nabi, aku datang kemari membawa pesan dari ibuku. Ibuku meminta ini dan itu.”
“Maaf, hari ini aku tidak memiliki apa-apa,” jawab Nabi.
Hal seperti ini jamak diketahui, karena Nabi Muhammad ﷺ tidak pernah menimbun atau menyimpan sesuatu untuk hari esok. Ketika Nabi mendapatkan emas atau harta yang lain, Nabi jarang menyimpannya. Nabi selalu membagi-bagikan kepada para sahabatnya, khususnya untuk sahabat ahlus suffah.
“Kata ibuku, baju yang sedang kau pakai juga boleh,” pinta anak laki-laki itu kembali.
Nabi selalu memberikan apa yang diminta oleh para sahabatnya, walaupun itu baju yang dipakai. Tanpa berpikir panjang, Nabi melepas baju yang ia kenakan. Baju itu lalu diberikan kepada anak laki-laki yang memintanya.
Anak itu akhirnya kembali tanpa tangan kosong. Wajahnya tergores senyum setelah permintaannya dikabulkan oleh Nabi.
Nabi kemudian masuk ke rumah dan tak keluar lagi, karena saat itu baju itulah satu-satunya baju yang dimiliki Nabi.
Ketika waktu shalat tiba, para sahabat mencari beliau. Umar terheran-heran ketika melihat kondisi Nabi yang seperti itu.
Umar kemudian menyempatkan bertanya. “Apakah ini perintah Allah?”
Lalu turunlah firman Allah: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena dengan begitu kamu jadi tercela dan menyesal.” (Q.S. Al-Isra: 29).
Tampaknya ajaran mendahulukan orang lain yang telah dicontohkan oleh Nabi, juga ditiru oleh istri-istrinya. Aisyah misalnya, suatu hari ditemui seorang perempuan. Perempuan itu mengaku tidak memiliki apa pun untuk dimakan. Saat itu Aisyah hanya memiliki kurma. Tanpa berpikir panjang, ia langsung memberikan seluruh kurma yang dimilikinya kepada perempuan itu.
Tak hanya itu, ketika ia mendapatkan jatah nafkah, sedangkan saat itu ia sedang berpuasa, ia pun memanggil pembantunya agar membagikan semua jatah itu kepada seluruh fakir miskin. Saat tiba waktu buka, ia meminta pembantunya untuk mengeluarkan makanan. Namun sayang, tidak ada makanan lagi yang tersisa.
“Coba engkau tadi sisakan sedikit, mungkin itu akan menjadi lebih baik,” pinta pembantunya.
“Coba dari tadi engkau ingatkan, pasti aku akan menyisakannya,” Jawab Aisyah. []
Sumber: http://www.nu.or.id/post/read/83814/rasulullah-yang-tak-pernah-menimbun-harta