Oleh: Muhammad Daud Farma*
Serak suaranya
Getaran bibirnya
Gerakan lidahnya
Menyebut Asma-Nya
Menengadahkan tangan mengucap kata, “Ya Rabb Irham Baladnaa”
Hari demi hari
Bombardir terus membanjiri
Abi dan ummi dalam lingkaran api
Akhi dan uhkti telah lama dikafani
Hanya dia sendiri
Berdiri sembari memeluk kitab suci
Matanya basah
Pakaiannya dilumuri darah
Hatinya tak lupa mengucap, “Allah”
Hujan bom dan peluru terus menjajah
Namun cintanya kepada Palestina takkan pernah goyah
Dia masih bersembunyi di balik bangunan yang runtuh
Entah sampai kapan saudaranya akan terus dibunuh?
Yang pasti hari ini ia masih menyaksikan gemuruh
Entah kapan ia bisa memadamkan api yang sedang mengelilingi jasad orangntuanya yang tangguh?
Yang pasti ia hanya bisa menyaksikannya dari jauh
Palestina kini dilanda pilu
Bangunannya hitam kelabu
Tidak sedikit manusia dimakan api dan jadi abu
Dunia seakan tak tahu
Saudara seiman seakan membisu
Sampaikah kepadamu tangisan anak kecil Palestina duhai saudaraku?
Hari ini anak kecil itu mencoba keluar dari persembunyian
Jilbab dan bajunya masih melekat di badan
Dengan membawa sebuah Al-Quran
Kemudian duduk manis di tengah lapangan
Sembari ia melantukan bacaan demi bacaan
Seakan ia sedang siaran
Mengabarkan bahwa ia minta bantuan
Berkata, “Law Samah, mumkin al-faatihah?”
Duhai anak kecil Palestina
Hari ini doa kami menyertaimu dan saudaramu
Esok dan nanti cinta kami adalah milikmu
Kami jugalah saudaramu dan setia padamu
Duhai anak kecil Palestina
Kami di sini siap menerimamu sebagai tamu
Ahlan wasahlan wamarhaban untukmu
Anak kecil Palestina We Love You. []
*Cinta, Kamu Seorang Penulis (Fanpage)