BAYANGKAN, seolah olah kita sedang berada di sebuah hutan. Suatu hari datang buaya mendaftar untuk menjadi penghuni. Raja hutan melakukan tes pada buaya, lalu beberapa waktu kemudian buaya dinyatakan diterima. Tak lama, datang elang, mendaftar juga.
Raja menguji kemampuan elang, oh rupanya jago terbang. Elang pun diterima. Hari berikutnya datang Kuda, sama pula, ingin mendaftar jadi penghuni. Tak berbeda dengan kedua hewan tadi, kuda pun ditest Sang Raja. Maka, luluslah kuda karena Raja kagum atas kecepatan larinya.
Setelah semua hewan dinyatakan lulus, Raja hutan terus melatih ketiganya. Buaya diajarinya berlari, Elang dilatih merayap, Kuda diajari berenang.
Satu Tahun Kemudian…
Ketiga hewan itu dites lagi oleh Sang Raja. Bayangkan teman, apa yang terjadi? Semuanya gagal tes.
Bagaimana jika yang mengalami itu anak kita?
Begitulah, seseorang berkata kepada kami yang hadir kala itu.
Saya merenung, tapi anak kita bukan penghuni hutan. Anak kita adalah anak manusia yang sudah membawa fitrah dari Allah Subhanahuwataa’la.
Tak berhenti bertanya, apa maksud Alloh membuat otak dalam beberapa bagian? Mengapa tidak satu bagian saja? Apa yang terjadi jika salah satu bagian otak terabaikan?
Anak kita anak manusia yang tentu lebih mulia daripada binatang.
Menurut Gardner, yang melakukan penelitian pada tahun 1983 yang disebut dengan “Zero Mind Project” dan mengambil kesimpulan bahwa untuk dapat hidup sukses tiap manusia perlu memiliki lebih dari satu kecerdasan yang dikenal dengan Multiple Intelligence.
Maka dari itu semua kecerdasan anak harus dibangun. Mengapa demikian? Karena amat sangat berbahaya jika hal tersebut dibangun sendiri sendiri. Mengapa bahaya? Karena otaknya akan bekerja terpisah pisah. Banyak orang melakukan kesalahan karena mereka berpikir dengan otak yang sebagian sebagian.
Memang sekolah sekolah pada umumnya memperlakukan semua siswa sama rata karena kurikulum sekolah nya pun sama di seluruh Indonesia. Tapi tidak aman pula jika anak kita disekolahkan ditempat yang hanya membangun satu kecerdasan atau berdasar minat dan bakat.
Jika sekolah Islam memakai kurikulum berdasarkan Sunatullah hasil Iqra guru pada ayat Allah yang tertulis dan yang tidak tertulis, maka lulus SD anak diharapkan bisa Iqra yang tertulis dan tidak tertulis dari Allah.
Pastikan, jika ingin anak kita hebat, maka mari kita naikan level kehebatan kita dulu, orangtua dan guru mereka. Wallahu’alam. []