Oleh: Saad Saefullah
SATU sore, waktu ngojekin istri ke pengajian, di tengah jalan deket SMPN 6, kami melewati anak kucing menggeloso di jalan. He was dead. Darah berceceran di sekitar tubuhnya. He could be around 2 months of age, and so cuteeee.
BACA JUGA: Ada yang ...
Kami berenti. Saya ambil dia dari jalanan dengan mengambil tubuhnya hati-hati dengan menggunakan daun pisan yang ada tumbuh di pinggir jalan situ. Kepada yang punya daun, mohon maaf meminta tanpa izin, semoga jadi pahala pohon pisangnya. Istri saya ga mau liat.
Saya bawa ke pinggir. Tubuhnya masih hangat. Tampaknya dia digeleng dengan sebat melihat luka-lukanya. Sambil mengucap shalalwat, saya menguburnya pelan-pelan.
Saya ga tau siapa dan apa yang melindasnya (mobil apakah motor). Cuma siapapun itu, apa mungkin dia tidak merasa melindas makhluk lucu itu? Saya ga tau juga. Moga-moga dia emang ga tau.
Kucing kecil itu emang bukan manusia. Kita juga kadang berbuat salah. Di jalan, bisa jadi kita berasa jalanan kosong, jadi bisa jadi berbuat dholim pada makhluk lain. In this case, this kitten.
BACA JUGA: Berkas-berkas Kertas yang Jatuh dari Motor
Kami melanjutkan perjalanan. 10 menit, kami tidak berbicara. Di mata saya, terbayang saat menguburnya. Tidak terlupa. Matanya tertutup. Wajahnya tenang. He was smiling. And cute. And beautiful. []