ADA yang bertanya, tentang aqiqah untuk bayi yang lahir secara sempurna dan sempat hidup, tapi setelah beberapa saat/waktu meninggal dunia. Apakah anak meninggal saat lahir masih disunahkan untuk diaqiqahi?
Jawab: Tetap disunahkan untuk diaqiqahi anak meninggal saat lahir. Dan Ini merupakan pendapat yang muktamad (standar) dalam mazhab Syafi’i.
Karena bayi yang sempat terlahir sempurna dalam kondisi hidup, masuk dalam keumuman “maulud” (yang dilahirkan) di dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
كُلُّ غُلَامٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ، تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ، وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ، وَيُسَمَّى
“Setiap anak (yang dilahirkan) tergadai dengan aqiqahnya, disembelih darinya di hari yang ketujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan selainnya. Lafadz tersebut lafadz Ibnu Majah).
BACA JUGA: Bolehkah Aqiqah Anak Laki-laki dengan Satu Ekor Kambing?
Imam An-Nawawi (w. 676 H) rahimahullah berkata:
لَوْ مَاتَ الْمَوْلُودُ بَعْدَ الْيَوْمِ السَّابِعِ وَبَعْدَ التَّمَكُّنِ مِنْ الذَّبْحِ فَوَجْهَانِ حَكَاهُمَا الرَّافِعِيُّ (أَصَحُّهُمَا) يُسْتَحَبُّ أَنْ يَعُقَّ عَنْهُ (وَالثَّانِي) يَسْقُطُ بِالْمَوْتِ
“Seandainya bayi yang lahir meninggal setelah hari ketujuh dan setelah memungkinkan dari menyembelih (aqiqah), maka Imam Ar-Rafi’i menghikayatkan dua pendapat. Yang paling shahih (kuat) dari keduanya adalah dianjurkan untuk mengaqiqahinya.
Pendapat kedua: gugur dengan kematian.” (Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 8/432)
Anak Meninggal saat Lahir Apakah Harus Diaqiqahi?
Terkait aqiqah anak meninggal saat lahir yang awalnya hidup juga ditegaskan lagi oleh Imam Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi’i rahimahullah. Beliau berkata:
(يُسَنُّ) سُنَّةً مُؤَكَّدَةً (أَنْ يَعُقَّ عَنْ) الْوَلَدِ بَعْدَ تَمَامِ انْفِصَالِهِ وَإِنْ مَاتَ بَعْدَهُ عَلَى الْمُعْتَمَدِ فِي الْمَجْمُوعِ
“Sangat disunahkan untuk mengaqiqahi anak setelah lahir secara sempurna walaupun setelah itu meninggal dunia menurut pendapat muktamad (standar mazhab syafi’i) di dalam kitab Al-Majmu’ (karya Imam An-Nawawi).” (Tuhfah Al-Muhtaj : 9/370).
BACA JUGA: Hikmah Pelaksanaan Aqiqah
Lalu bagaimana untuk kasus keguguran ? Dalam hal ini perlu dirinci. Jika kegugurannya telah mencapai usia dimana ruh telah ditiupkan kepada janin (kurang lebih empat bulan), maka sebagian ulama menganjurkan tetap diaqiqahi sebagai bentuk ihtiyath (kehati-hatian). Jika belum, maka tidak dianjurkan.
Disebutkan dalam kitab Busyra Al-Karim karya Imam Said bin Muhammad Baaisyin Al-Hadhrami Asy-Syafi’i (w.1270 H) rahimahullah:
ولو سقطاً بلغ أوان النفخ .. فيعق عنه، ويُسمَّى؛ احتياطاً
“Seandainya janin yang keguguran dalam kondisi telah mencapai saat/waktu ditiupkannya ruh,…maka diaqiqahi, (dan) diberi nama, sebagai bentuk ihtiyath (kehati-hatian).” (Busyra Al-Karim, hlm. 706)
Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika ada kekurangan. Wallahu a’lam bish shawab.
Oleh : Abdullah Al-Jirani