PAGI ini, aku sangat terlambat ke kantor. Aku sedang terburu-buru ke kantor, hari ini klien dari kota lain sedang menunggu di ruanganku. Menambah beban pikiranku di tengah kemacetan lalu lintas.
Semua kendaraan berlomba keluar dari kemacetan, semua orang di kursi pengemudi memencet klakson tak henti-hentinya meminta mobil di depannya segera berjalan.
Aku turun dari kendaraan dan pindah ke depan diikuti oleh empat orang lain dalam mencari penyebab kemacetan lalu lintas.
Ada seorang anak muda berusia dua puluhan berjuang keras untuk mendorong kendaraannya yang tengah mogok. Semua orang di sana hanya menonton tanpa datang untuk membantunya. Bahkan mereka menyalahkan anak ini yang mengakibatkan kemacetan.
Jumlah kendaraan yang terjebak kemacetan berangsur-angsur meningkat. Anak itu tampak begitu malu karena semua orang mencemoohnya. Nampaknya, tidak yang mampu memaafkan kesalahan anak itu.
Sementara itu polisi lalu lintas muncul ia menggiring anak itu dengan jijik karena menciptakan ketidaknyamanan publik ini. Aku dengan empat orang lainnya bergegas untuk menghentikan kemacetan, kami berusaha untuk mendorong kendaraan.
Anak itu menghela napas lega dan meminta maaf kepada semua orang di sana. Setelah itu saya memikirkan sesuatu hal.
Sering kali kita menyalahkan orang karena mengambil sedikit kebahagiaan kita, padahal kita tidak pernah memberikan kontribusi apa-apa. Dalam masa krisis kita tidak mencoba untuk mengatasinya, sebaliknya kita menyalahkan orang untuk keadaan itu. Kita jarang ingat bahwa apa yang kita inginkan terhadap orang lain untuk berperilaku atau bertindak, berlaku juga kepada kita. Jika kita mengharapkan orang lain berprilaku baik, maka sebenarnya orang lain juga berharap kita berlaku baik terhadapnya.
“Memaafkan” adalah perbuatan malaikat, “mengutuk” adalah hal manusiawi. Setiap manusia di muka bumi ini membuat kesalahan pada satu atau lain waktu. Jika orang lain melakukan itu kita menyalahkan, ketika kita berada dalam kondisi yang sama kita mendambakan belas kasihan. Memaafkan adalah sikap yang sehat, menghindari konflik lebih baik untuk meyebarkan cinta kepada sesama. []