SEORANG Ibu datang menghampiri. Ia bersungut sungut, membicarakan anaknya. “Anak saya nggak mau belajar, bu,” tukasnya. Ia menarik nafas panjang, nampak kepanikan di wajahnya. “Saya takut dia gak bisa lulus, sekarang kan sudah kelas enam, tapi setiap saya suruh belajar dia bilang capek, males, udah di sekolah.”
Saya duduk di dekatnya, mendengarkan Ibu ini berbicara hingga selesai. “Saya harus gimana lagi ya, kok dilembutin susah banget, masa harus dikasarin ya,” keluhnya lagi.
“Ibu harus lakukan pendekatan berbeda kepada anak usia ini. Mereka tidak nyaman jika disuruh, coba bicara dengannya. Apa tugasnya, bagaimana menyelesaikan tugasnya? Beri ia kesempatan bicara mengungkapkan ide dan perasaannya.”
Tak sedikit ibu yang panik dan khawatir saat anak kesayangannya berada di kelas enam SD, kelas tiga SMP juga kelas tiga SMA. Stress takut anak tidak biaa lulus ujian. Takut anak tidak bisa diterima di sekolah favorit atau Universitas favorit.
BACA JUGA: Ayah, Jangan Hanya Sibuk Kerja, Perhatikanlah Anak-anak Anda
Tak sedikit orangtua yang keliru memahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan anak memakai pinsil atau bolpoint, buku tulis dan buku paket atau LKS. Anak duduk di meja berjam-jam, menyelesaikan soal-soal. Jika anak melakukan kegiatan mengamati rombongan semut, mengamati laba-laba membangun sarang, berjalan menyusuri pematang sawah, mengamati pepohonan, mencoba berbagai macam buah dan sayuran, menyentuh berbagai tekstur, bermain dengan tanah, air dan pasir itu bukanlah belajar.
Akibat kekeliruan ini, tak sedikit anak mengalami kejenuhan saat di sekolah. Stres, tertekan, harus terkungkung dalam bangunan persegi berjam-jam dengan guru yang kaku, pulang ke rumah dihadapkan pada ibu yang juga tak mau tahu.
Akhirnya mulai muncul perlawanan bahkan tak sedikit yang memilih perilaku menyimpang.
Ibu, bukankah dalam Islam ada keterangan belajar sejak buaian hingga liang lahat. Mari kita cermati, sejak buaian artinya sejak bayi kan? Apa mungkin bayi memegang pinsil dan buku. Mengapa makna belajar jadi sempit hari ini? Belajar cakupannya sangat luas.
Mari ubah mindset kita wahai para ibu, jangan hancurkan fitrah anak akibat ketidaktahuan kita. Mari kembalikan anak pada fitrahnya. Fitrah anak adalah belajar. Belajar ayat Allah yang tertulis dan belajar ayat Allah yang tidak tertulis. Agar anak-anak mampu menjalankan hidupnya kelak sesuai aturan Allah. []