PRANCIS—Dua kandidat capres Prancis yang menang di pemilu putaran pertama 23 April lalu, kembali bersaing di pemilu putaran kedua pada Ahad (7/5/2017). Kedua kandidat masing-masing telah menyodorkan visi yang sangat berbeda.
Mengutip laporan BBC, Macron dari aliran politik kanan tengah, liberal, pro-bisnis dan pendukung kuat Uni Eropa, sementara kandidat dari ekstrem kanan Marine Le Pen mengampanyekan program anti-pengungsi yang kebanyakan datang dari Suriah dan Negara mayoritas Muslim lainnya.
Le Pen ingin Prancis keluar dari keanggotaan Uni Eropa dengan alasan untuk memperkuat ekonomi domestik dan berjanji akan menggelar referendum tentang keanggotaannya di Uni Eropa.
Macron diprediksi akan memenangkan pemungutan suara, namun para analis mengatakan tingkat abstain yang tinggi bisa merusak peluangnya.
Pemilik hak suara yang diperkirakan akan abstain adalah orang-orang yang menolak dua calon ini – yang dianggap representasi kelompok sosialis dan republik – karena dianggap telah lama menguasai kepemimpinan negara itu.
Di akhir masa kampanye, tim kampanye kandidat presiden Emmanuel Macron mengklaim menjadi target “serangan peretas yang masif” setelah sejumlah dokumen dirilis secara online.
Tim kampanye mengatakan bahwa dokumen yang asli bercampur dengan dokumen palsu dengan tujuan untuk membingungkan orang.
Sebelumnya Macron menuduh Rusia telah menargetkan dirinya dalam serangan peretas, yang kemudian dengan tegas ditolak oleh Rusia.
Mengetahui upaya peretasan ini, Presiden Prancis Francois Hollande berjanji untuk “menanggapi” kasus serangan peretas tersebut. []