KEBAHAGIAAN (as-sa’adah) adalah mati dalam keimanan, sedangkan kecelakaan (asy-syaqawah) adalah mati dalam kekufuran. Keduanya telah ditetapkan sejak azali tidak bisa berubah dan berganti.
Apa yang terjadi di ujung kehidupan seseorang, itu menunjukkan ketetapan yang telah Allah tetapkan sebelumnya.
BACA JUGA: Mengundang Kebahagiaan
Jika seseorang mati dalam keadaan beriman, itu menunjukkan bahwa Allah telah menetapkannya fil azal termasuk orang yang bahagia/selamat, meskipun dalam kehidupannya didahului oleh kekufuran.
Sedangkan orang yang mati dalam kekufuran, itu menunjukkan bahwa ia fil azal termasuk orang yang celaka, meskipun ia sempat beriman.
Hal ini ditunjukkan oleh Hadits Shahihayn:
إن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها، وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها
BACA JUGA: Pentingnya Restu Orangtua untuk Meraih Kebahagiaan Pernikahan
Artinya: “Sesungguhnya salah seorang di antara kalian beramal dengan amalan ahli neraka, hingga jaraknya dengan neraka tinggal sehasta, namun ketetapan Allah telah mendahului, lalu ia beramal dengan amal ahli surga, dan ia masuk surga. Dan salah seorang di antara kalian beramal dengan amalan ahli surga, hingga jaraknya dengan surga tinggal sehasta, namun ketetapan Allah telah mendahului, lalu ia beramal dengan amal ahli neraka, dan ia masuk neraka.” (Catatan: redaksi Hadits sebagaimana disebutkan di kitab rujukan)
Rujukan: Tuhfatul Murid ‘Ala Jawharatit Tawhid, karya Syaikh Ibrahim bin Muhammad Al-Baijuri Asy-Syafi’i, terbitan Dar Al-Kutub Al-Islamiyyah, Jakarta, Indonesia, hlm. 132.
Facebook: Muhammad Abduh Negara