Oleh: Suryandi Temala Sip, M.Ag.
KITA sering sekali berandai-andai untuk banyak bersedekah, banyak membantu orang lain, banyak menyantuni anak yatim dan janda tua apabila kita sudah kaya dan sejahtera.
Padahal untuk bersedekah, membantu dan menyantuni itu tidak disyaratkan kaya, malah bersedekah di waktu miskin jauh lebih afdhol dan lebih dipandang Allah.
BACA JUGA: Pengemis yang Kaya, Tanda Apa?
Lagipula Allah Maha Tahu koq, kamu bikin syarat “kaya” itu hanya untuk “ngeles” bersedekah, mau minta di-kaya-kan Allah dengan embel-embel akan bersedekah, padahal Allah Maha Tahu hati kamu itu. Dan juga sudah terbukti oleh jaman, bahwa yang ngaku-ngaku bakal bersedekah ketika kaya juga menjadi orang yang pelit saat sudah kaya.
Menjadi kaya bukan masalah seberapa banyak harta yang kita genggam, tetapi kaya itu masalah hati. Hati yang kaya akan selalu memberi di waktu lapang dan di waktu sempit, saat berlebihan atau kekurangan. Inilah makna hadis baginda Muhammad Saw:
BACA JUGA: Jadilah Orang Kaya yang Dicintai Allah
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Ahmad bin Yunus telah meriwayatkan kepada kami, katanya: Abu Bakr telah meriwayatkan kepada kami, katanya: Abu Hashin telah meriwayatkan kepada kami dari Abi Soleh dari Abi Hurairah daripada Nabi SAW beliau berkata: “Kekayaan sebenarnya bukanlah dengan karena banyaknya harta benda tetapi kaya yang sebenarnya itu adalah kaya jiwa.” (HR. Bukhari). []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word