Oleh: Nur Halizatul Magfiroh
Mahaiswa STIQSI (Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains al-Ishlah) Sendangagung Paciran Lamongan
halizatul.059@gmail.com
KETERTARIKAN sarjana barat terhadap kitab suci al-Qur’an menjadikan keistimewaan tersendiri bagi al-Qur’an. Dalam melakukan kajian terhadap al-Qur’an para sarjana barat rela untuk menghabiskan banyak waktu, tenaga, pikiran bahkan biaya.
Dalam mengkaji al-Qur’an dibutuhkan metode serta pendekatan yang interdisipliner, dan para sarjana barat menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial dan humanities untuk mengkajinya.
Salah satu sarjana barat yang mengkaji tentang al-Qur’an yakni Andrew Rippin, yang mana ia merupakan seorang pemikir kontemporer yang memiliki minat yang sangat luar biasa terhadap kajian al-Qur’an.
Kajian al-Qur’an dan Kesarjanaan Barat serta Pendekatannya
Awal mula munculnya yaitu berangkat dari upaya-upaya yang dilakukan oleh orang barat untuk melakukan penerjemahan teks-teks intelektual islam dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Eropa, salah satunya yaitu penerjemahan kitab suci al-Qur’an.
Adanya penerjemahan ini merupakan gerbang masuk dari sejarah Panjang mengenai Studi al-Qur’an yang dilakukan oleh para sarjana barat, kemudian dalam perkembangannya kajian al-Qur’an tidak hanya pada penerjemahan saja, akan tetapi dari sisi sejarah dan juga Penafsirannya.
BACA JUGA: 4 Fungsi Hadist dalam Al-Quran
Dalam mengkaji al-Qur’an dibutuhkan sebuah pendekatan. Secara etimologi pendekatan berasal dari kata approach, appropie yang artinya jalan dan penghampiran, atau cara yang digunakan untuk menghampiri suatu objek.
Pendekatan dalam studi al-Qur’an adalah suatu cara pandang yang digunakan oleh seseorang untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an. Dalam tradisi sarjana barat mengkaji al-Qur’an di dasarkan kepada argumen rasional.
Adapun beberapa pendekatan yang digunakan oleh para sarjana barat dalam studi al-Qur’an adalah Pendekatan kritis historis, Pendekatan hermeneutika, Pendekatan semiotika, Pendekatan konstekstual, Pendekatan sastra, Pendekatan semantik, pendakatan Living Qur’an, pendekatan sosiologis, Pendakatan Antropologi dan lain sebagainya.
Biografi dan Karya Andrew Rippin
Lawrence Andrew Rippin atau yang lebih dikenal dengan Andrew Rippin adalah seorang berkebangsaan inggris, yang lahir di London, Inggris pada tanggal 16 Mei 1950.
Pada tahun 1959 Andrew Rippin bermigrasi Bersama orang tuanya ke Toronto, dan disana ia menempuh Pendidikan formal sekolah menengahnya di Scarborou`gh. Setelah lulus ia melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi jurusan studi agama (Religious Studies), tahun 1974 ia mendapatkan gelarnya BA pada di Universitas Toronto.
BACA JUGA: 5 Ayat Al-Quran tentang Berpegang pada Tali Agama Allah
Tiga tahun kemudian ia berhasil menyelesaikan Magisternya dalam bidang kajian islam dengan desertasinya yang berjudul The Qur’anic Asbab al-Nuzul Material: an Examination of its Use and Development in Exegesis (Bahan Asbab an-Nuzul al-Qur’an: Sebuah Pembahasan Tentang Kegunaan dan Perkembangannya dalam Tafsir) dan mendapatkan gelar MA pada tahun 1977.
Karena Andrew Rippin adalah seseorang yang haus akan ilmu, maka ia melanjutkan Studinya di universitas McGill untuk menempuh progam doktoralnya, dan ia berhasil mendapatkan gelar PhD dalam kajian tafsir pada tahun 1981.
Pada tahun 1979-1980 saat terakhir menempuh kuliah doktoralnya ia juga mengajar di jurusan studi-studi agama dan setelah itu ia bergabung menjadi pengajar di Universitas Calgary fakultas studi agama dan diangkat sebagai professor muda (assistant professor) hingga tahun 1984.
Lalu ditahun 1984 menjabat sebagai professor tetap (associate professor) di universitas tersebut. Tahun 1991 ia menjadi professor tamu di McGill University di institute of Islamic studies. Kemudian ia kembali ke Universitas Calgary dan menjabat sebagai professor penuh (full professor) pada tahun 1992 sampai tahun 2000, karena ia dipercayai sebagai dekan faculty of humanities di Universitas of Victoria, British Columbia, Kanada.
Di luar kampus tempatnya bekerja ia juga merupakan anggota maupun pengurus dalam berbagai organisasi professional dan keilmuan (learned and professional societies). Dan Pada tanggal 29 November 2016 ia meninggal dunia pada usia-nya yang ke-66 di Victoria yang disebabkan oleh kanker otak yang sedang dideritanya.
Semasa hidupnya ia adalah salah satu tokoh yang sangat produktif yang dapat dibuktikan dari karya yang di tinggalkan selain itu juga profesinya yaitu seorang editor. Ia termasuk orang yang serius dalam mendalami kajian islam, khususnya terhadap al-Qur’an.
Adapun beberapa karyanya yaitu The al-qur’an: style and contents, the qur’an and its interpretative tradition, Qur’anic studies: sources and methotds of scriptural interpretation, by john wansbrough, withforeword, translations, and expanted notes by Andrew rippin. The blakwell companion to the qur’an. Muslims, their religious beliefs and practices, volume 1: the formative priod and volume 2: the contemporary period, literary analysis of qur’an, sira andi tafsir: the methodologies of john wansbrough, dan lain sebagainya.
Pendekatan Andrew Rippin dalam Studi al-Qur’an
Andrew Rippin adalah salah satu sarjana barat generasi belakangan yang merupakam seorang spesialis studi Islam Yang mengutamakan perhatiannya terhadap al-Qur’an.
Dalam pemaparan Andrew Rippin yang akademis, Ia juga tidak segan untuk memaparkan fakta-fakta yang menguatkan tentang keorisinalitasan al-Qur’an.
Yaitu tentang penemuan manuskrip kuno al-Qur’an pada tahun 1972 di Masjid Agung Sana’a, dalam penemuan manuskrip tersebut membuktikan bahwa penggunaan aksara arab awal yang dikenal dengan gaya hijaz, tempat serta waktu al-Qur’an pertama kali diturunkan.
Memasuki pada akhir abad ke-20 kajian al-Qur’an dibarat semakin diperkaya dengan pandangan-pandangan baru seputar al-qur’an. Dan banyak dari para sarjana barat baik Islam maupun non islam yang tertarik untuk mengkaji al-Qur’an menggunakan berbagai macam pendekatan.
Andrew Rippin dalam melakukan kajian analisisnya terhadap al-Qur’an ia menggunakan tiga pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Historis atau Sejarah yang dipengaruhi oleh dosen pembimbingnya Charles Adam. Dalam pendekatan historis tidak semua ayat al-Qur’an mengandung historis, oleh karena itu hanya beberapa konteks ayat saja yang mengandung historis.
2. Pendekatan literer atau Sastra yang banyak dipengaruhi oleh gurunya John Wansbourgh. Dalam pendekatan sastra ini terdapat 4 hal yang dilakukan yaitu:
a. Setting atau latar yaitu keterangan yang menyangkut waktu, tempat dan keadaan masyarakat dimana suatu ayat al-qur’an itu diturunkan.
BACA JUGA: 7 Azab Menghina Al-Quran yang Mengerikan
b. Keindahan Bahasa, yaitu al-Qur’an mengandung the art of Language, yang mana al-Qur’an tidak bisa di terjemahkan oleh sembarangan orang.
c. Nilai yaitu suatu pesan yang terkandung di dalam suatu ayat al-Qur’an.
d. Intertextuality (ayat yang memuat suatu lafadz dan saling menjelaskan lafadz yang sama pada ayat yang lain) dan interefensial (al-Qur’an saling menjelaskan dirinya sendiri).
3. Pendekatan Kandungan atau Tematik, yaitu pendekatan yang memahami al-Qur’an berdasarkan temanya, sehingga dengan demikian kita bisa untuk saling mengkaitkan antara ayat atau lafadz yang satu dengan ayat atau lafadz yang lain, yang mana keduanya membahas tentang tema yang sama.
Wallahu a’lam. []