HARI Raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan umat Muslim setelah berpuasa menahan hawa nafsu selama sebulan penuh. Umat Muslim di berbagai negara meyambut Idul Fitri dengan penuh suka cita, tak terkecuali masyarakat Indonesia. Terutama bagi anak-anak. Selain bangga mengenakan baju baru, anak-anak biasa mendapat kejutan hadiah berupa uang lebaran atau angpau dari kerabat atau tetangga mereka selepas shalat Ied.
Tradisi bagi-bagi angpau memang lekat dengan budaya Cina yang notabene adalah non-Muslim. Namun, istilah angpao kini sudah familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Menurut Wikipedia, istilah angpao dalam kamus berbahasa Mandarin didefinisikan sebagai uang yang dibungkus dalam kemasan merah sebagai hadiah, bonus bayaran, uang bonus yang diberikan kepada pembeli oleh penjual karena telah membeli produknya, atau sogokan. Arti sogokan ini identik dengan sebutan suap, yang berkonotasi negatif. Sedangkan arti bonus bayaran merupakan hadiah, yang bermakna positif.
BACA JUGA: Ketika Hari Raya Idul Fitri di Hari Jumat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), angpao dikenal dengan kata angpau, sudah mengalami transliterasi. Menurut KBBI, angpau adalah amplop kecil untuk tempat uang sumbangan yang diberikan kepada orang yang punya hajat seperti pernikahan dalam adat Cina. Masih dalam KBBI, istilah lain angpau adalah hadiah atau pemberian uang.
Dengan demikian, bisa dikatakan, asal mula istilah angpao berasal dari bahasa Cina, yang kemudian diserap menjadi bahasa Indonesia dengan sebutan angpau, yang berarti hadiah atau pemberian uang. Baik buruknya pemberian tergantung tujuan pemberiannya.
Angpau kini menjadi tradisi atau kebiasaan di Indonesia, dan menjadi budaya masyarakat umum. Termasuk masyarakat Islam, angpau digunakan untuk mengganti sebutan hadiah, yang diberikan orang tua pada anak-anak, usai melangsungkan sungkeman atau unjung-unjung di hari Idul Fitri.
Tradisi Eidiyah di Arab Saudi
Tak Jauh beda dengan di Indonesia. Arab Saudi yang merupakan negara di mana Islam berawal, tradisi bagi-bagi hadiah saat Idul Fitri juga dikenal masyarakat di sana. Biasanya, warga Saudi berkumpul di suatu tempat di luar ruangan atau masjid, untuk melaksanakan shalat Idul Fitri yang disebut Al Masyhad. Mereka saling memberikan ucapan salam, selamat berlibur, dan bertukar hadiah serta Eidiyah.
“Al-Masyhad adalah doa kepada Allah agar menerima puasa Ramadan dan berterima kasih padaNya atas Idul Fitri. Muslim biasanya pergi berbondong-bondong untuk melaksanakan shalat beserta anak-anak mereka. Baik pria maupun wanita mandi lebih dulu, mengenakan pakaian baru, memakai parfum, sehingga mereka akan terlihat yang terbaik ketika berdiri menghadap Allah,” kata Ahmed Badr, seorang pedagang, seperti yang dilansir Arabnews.
Usai shalat Ied, mereka kemudian berkumpul bersama keluarga. “Orang Saudi biasanya berkumpul dengan teman-teman dan keluarga untuk sarapan merayakan Idul Fitri,” ujar Abdulrahman Al Nassir, orang Arab Saudi. “Saya dan keluarga berkumpul di rumah kakek untuk sarapan tradisional Idul Fitri. Sebuah meja makan tersedia penuh berbagai jenis makanan yang dimasak di rumah tradisional,” jelas Nassir.
Saat berkumpul itulah Eidiyah diberikan oleh orang tua kepada anak-anak sebagai hadiah Idul Fitri. “Saat Idul Fitri kami memberikan anak-anak mainan dan uang sebagai cara untuk berterima kasih kepada mereka yang telah berpuasa Ramadan, dan mendorong mereka agar tahun depan kembali berpuasa lagi,” kata Barazanji, warga Saudi.
Tentu saja, kutipan sebagian pendapat masyarakat Arab Saudi tersebut, bukan berarti mewakili semua kebiasaan umum masyarakat Arab Saudi, yang mayoritas Islam. Namun setidaknya menggambarkan beberapa daerah di sana memiliki tradisi yang mirip dengan di Indonesia.
Memberi hadiah tidak dilarang dalam Islam, malahan justru dianjurkan karena bisa mempererat tali silaturahim. Sebaliknya, menyepelekan hadiah bisa menyebabkan pengaruh yang kurang baik dan menghilangkan rasa cinta di antara mereka. Rasullah SAW bersabda: “Berilah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)
BACA JUGA: Mengucapkan ‘Minal Aidin Wal Faizin’ Bukan Perbuatan Bid’ah
Satu hal yang perlu diingat adalah setiap pekerjaan harus disertai dengan niat yang baik. Untuk itu, siapapun yang memberikan hadiah harus memiliki niat yang tulus, memperkuat hubungan saudara karena Allah, menumbuhkan rasa cinta serta menghapus kedengkian karena Allah, yang semua itu demi meraih keridhaan Allah semata. Dan Idul Fitri adalah satu momen yang tepat untuk saling memberi hadiah. []
Sumber: suburanugerah