OLEH karena itu, barang siapa yang mengeluarkan makna “dubur kulli sholat” kepada makna pada tasyahhud akhir, maka dia telah mengeluarkan makna kata kepada maknanya yang tidak asal. Sehingga saat itu dia dituntut untuk mendatangkan dalil.
Hal ini juga sebagai bukti, bahwa kata “dubur” ( akhir ) sholat, memiliki dua kemungkinan makna : 1). Setelah tasyahhud akhir sebelum salam. 2). Setelah salam. Dari dua makna tersebut, makna kedua ( setelah salam ) merupakan makna asal dari kata tersebut. Sehingga apa yang dinyatakan oleh sebagian ulama’ bahwa kata tersebut hanya memiliki satu makna saja, yaitu setelah tasyahhud sebelum salam, maka tidak tepat.
Asy-Syaikh Abdul Karim Al-Khudhoir –rohimahullah-:
دبر كل صلاة. وهذا يحتمل أن يكون في آخر الشيء متصلاً به, ويحتمل أن يكون منفصلاً عنه, وإن كان شيخ الإسلام يقرر أن الأذكار تكون بعد الصلاة, والدعاء يكون في آخرها متصلاً بها, لكنه غير مطرد, لأنه جاء في بعض الأدعية أنها تقال بعد الفراغ من الصلاة (إذا انصرف من صلاته قال رب قني عذابك يوم تبعث عبادك) والصلاة أيضاً مشتملة على أذكار, فليست هذه القاعدة مطردة.
“Akhir setiap sholat”, kalimat ini mungkin mengandung kemungkinan terjadi di akhir sesuatu dalam kondisi masih bersambung dengannya, dan mengandung kemungkinan terpisah dengannya. Walaupun syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rohimahullah- menetapkan, sesungguhnya dzikir-dzikir terjadi setelah sholat dan do’a terjadi di akhir sholat dalam kondisi masih bersambung dengannya, akan tetapi hal ini bukan perkara yang pasti harus seperti itu terus. Karena telah datang pada sebagian do’a, bahwasanya ia dipanjatkan setelah selesai dari sholat. ( seperti riwayat yang berbunyi ) : “Apabila beliau telah selesai dari sholatnya, beliau berdo’a : Rabb-ku, jangalah aku dari siksa-Mua di hari yang Engkau bangkitkan para hamba-Mu”. Demikian juga sholat, meliputi berbagai dzikir. Maka hal ini bukan kaidah yang pasti”. [ Muhimmatush Sholat – Syarh Bulughul Maram Kitabush Sholat : 10/58 ].
BACA JUGA: Mengusap Wajah setelah Berdoa
Asy-Syaikh Abdullah bin Sholih Al-Fauzan – hafidzohullah- berkata:
والدبر من كل شيء عقبه ومؤخره وطرفه ،ويطلق على ما له صلة بالشيء بعده، ولفظة: (دبر الصلاة) قد يراد به آخر جزء من الصلاة، وهو ما قبل السلام، وقد يراد به ما يلي آخر جزء من الصلاة، وهو ما بعد السلام،
“Dan dubur ( belakang ) dari segala sesuatu, adalah akhirnya, bagian akhirnya, dan ujungnya. Dimutlakkan terhadap apa yang memiliki hubungan dengan sesuatu setelahnya. Lafadz dubur sholat ( belakang sholat ), terkadang dikehendaki dengannya akhir bagian dari sholat, yaitu apa yang sebelum salam. Dan kadang dikehendaki dengannya apa yang setelah akhir bagian dari sholat, yaitu apa yang setelah salam. [ Minhatul ‘Alam Syarh Bulugh Maram : 1/148 ].
Ketiga:
Telah terjadi Ijma’ ( kesepakatan para ulama’ ) dianjurkannya berdo’a setelah salam. Al-Imam An-Nawawi –rohimahullah- berkata:
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَدْعُوَ أَيْضًا بَعْدَ السَّلَامِ بِالِاتِّفَاقِ وَجَاءَتْ فِي هَذِهِ الْمَوَاضِعِ أَحَادِيثُ كَثِيرَةٌ صَحِيحَةٌ فِي الذِّكْرِ وَالدُّعَاءِ قَدْ جَمَعْتهَا فِي كِتَابِ الْأَذْكَارِ
“Dan dianjurkan juga untuk berdo’a setelah salam dengan kesepakatan para ulama’. Telah datang hadits-hadits shohih yang sangat banyak pada tempat-tempat ini dalam perkara dzikir dan do’a. Sungguh aku telah mengumpulkannya dalam kitab Al-Adzkar.” [ Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 3/484 ].
Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hambali – rohimahullah- berkata:
واستحب أيضاً أصحابنا وأصحاب الشافعي الدعاء عقب الصلوات، وذكره بعض الشافعية اتفاقاً.اهـ
“Para sahabat kami dan juga para sahabat Asy-Syafi’i menganjurkan untuk berdo’a setelah sholat sholat ( lima waktu ). Sebagian Asy-Syafi’iyyah menyebutkan hal itu merupakan kesepakatan.” [ Fathul Bari : 5/254 ].
Al-Imam Al-Allamah Abdurrahman bin Qosim An-Najdi Al-Hambali –rohimahullah- berkata:
فصل في الذكر بعدها أي: في الدعاء والذكر المشروع بعد الصلاة، وقد أجمع العلماء على استحبابه بعدها.اهـ
“Fasal berdzikir setelahnya, artinya : dalam berdo’a dan berdzikir yang disyari’atkan setelah sholat. Dan para ulama’ telah berijma’ ( bersepakat ) akan dianjurkannya hal itu setelahnya.” [ Al-Ihkam Syarh Ushulul Ahkam : 1/241 ].
Dan ijma’ dalam syari’at kita adalah hujjah sebagaimana telah dibahas dalam pelajaran ushul fiqh.
Keempat:
Terdapat beberapa hadits yang menunjukkan akan dianjurkannya berdo’a setelah salam. Diantaranya:
A). Dari Tsauban –rodhiallohu ‘anhu- beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثًاً
“Adalah Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam- apabila telah selesai dari sholatnya, beliau istighfar sebanyak tiga kali.” [ HR. Muslim : 591 ].
Istighfar ( mengucapkan astaghfirullah : Ya Alloh ! aku mohon ampun kepadamu ), termasuk do’a, bukan dzikir. Karena istighfar adalah permohonan, berarti do’a. Adapun dzikir, maknanya pujian. Dan kita sepakat, bahwa do’a ini dipanjatkan setelah sholat selesai, bukan ketika tasyahhud akhir dengan dasar hadits di atas.
Hal ini ditegaskan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin –rohimahullah- beliau berkata:
وأما الدعاء أدبار الصلوات المكتوبة ففيه الاستغفار، فقد كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا انصرف من صلاته استغفر الله ثلاثاً.والاستغفار: طلب المغفرة، وهو دعاء،
“Adapun dua setelah sholat fardhu, maka di dalamnya ada istighfar. Sungguh nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam- apabila selesai dari sholatnya, beliau istighfar sebanyak tiga kali. Istighfar artinya minta pengampunan. Dan ia adalah do’a.” [ Majmu’ Fatawa : 13/266-267 ].
B). Telah diriwayatkan dari Anas bin Malik –rodhiallohu ‘anhu- beliau berkata:
دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا، وَمَا هُوَ إِلَّا أَنَا وَأُمِّي وَأُمُّ حَرَامٍ خَالَتِي، إِذْ دَخَلَ عَلَيْنَا فَقَالَ لَنَا: «أَلَا أُصَلِّي بِكُمْ؟» وَذَاكَ فِي غَيْرِ وَقْتِ صَلَاةٍ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: فَأَيْنَ جَعَلَ أَنَسًا مِنْهُ؟ فَقَالَ: جَعَلَهُ عَنْ يَمِينِهِ؟ ثُمَّ صَلَّى بِنَا، ثُمَّ دَعَا لَنَا – أَهْلَ الْبَيْتِ – بِكُلِّ خَيْرٍ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ،
“Aku masuk kepada Nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam- di suatu hari. Tidaklah bersama beliau kecuali aku, ibuku, dan bibiku ummu Haraam. Saat beliau masuk kepada kami, beliau berkata kepada kami : Aku akan sholat bersama kalian. Dan itu tidak pada waktu sholat. Maka ada seorang laki-laki dari kamum bertanya : Dimanakah Anas diletakkan oleh beliau ?. Maka dia menjawab : Beliau letakkan di sampaing kanan. Kemudian beliau sholat bersama kami. Setelah itu, beliau mendo’akan untuk kami – sekeluarga – dengan seluruh kebaikan dunia dan akherat…..”. [ HR. Al-Bukhari dalam “Al-Adabul Mufrod” : 88 dan dishohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- ].
Sisi pendalilan dari hadits di atas, beliau –shollallahu ‘alaihi wa sallam- berdo’a setelah sholat untuk keluarga Anas bin Malik. Jika memang berdo’a setelah sholat itu dilarang atau bid’ah secara mutlak, tentu beliau tidak akan pernah melakukannya. Dan apa yang beliau lakukan, adalah setelah sholat selesai. Bukan pada tasyahud akhir. Hal ini dipertegas oleh sebuah riwayat dari Anas bin Malik –rodhiallohu ‘anhu- berkata:
فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ دَعَا لَنَا أَهْلَ الْبَيْتِ بِكُلِّ خَيْرٍ مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
”…Maka tatkala beliau telah selesai dari sholatnya, beliau mendo’akan keluarga kami dengan kebaikan dunia dan akherat…” [ As-Sunan Al-Baihaqi Al-Kubro : 3/136 No : 5157 ].
C). Dari Al-Barra’ bin Azib –rodhiallohu ‘anhu- beliau berkata:
كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا خَلْفَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْبَبْنَا أَنْ نَكُونَ عَنْ يَمِينِهِ، يُقْبِلُ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ، قَالَ: فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: رَبِّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ أَوْ تَجْمَعُ عِبَادَكَ
“Kami apabila sholat di belakang Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam-, kami ingin untuk berada di sebelah kanannya. Beliau menghadap kami dengan wajahnya seraya berkata – dan aku mendengar beliau – berdo’a : Wahai Rabb-ku ! lindungi aku dari siksamu di hari Engkau bangkitkan atau Engkau kumpulkan para hambamu”. [ HR. Muslim : 709 ].
Sisi pendalilan dari hadits di atas, bahwa Nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam- setelah selesai sholat, beliau menghadap kepada para sahabat. Setelah itu beliau berdo’a. Hadits begitu jelas menunjukkan, bahwa nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- memanjatkan do’a ini ketika setelah selesai sholat.
BACA JUGA: Doa Umar soal Pengharaman Khamar
D). Dari Ali bin Abi Thalib –rodhiallohu ‘anhu- beliau berkata:
وَإِذَا سَلَّمَ قَالَ: اللهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ
“…Apabila beliau –shollallahu ‘alaihi wa sallam- telah mengucapkan salam, beliau berdo’a : Ya Alloh ampunilah aku apa yang telah aku kerjakan dahulu…” [ HR. Muslim : 771 – 202 ].
Hadits di atas begitu gamblang menunjukkan, bahwa nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam- berdo’a setelah salam. Jika memang berdo’a setelah sholat dilarang, tentu beliau tidak akan melakukannya.
Inilah beberapa hadits dari Nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- yang menunjukkan secara gamblang, bahwa beliau ternyata juga berdo’a setelah sholat fardhu. Sebenarnya masih ada hadits-hadits yang lain. Akan tetapi kami cukupkan dengan yang di atas, karena lafadznya jelas dan tidak mengandung ihtimal ( kemungkinan lain ). Adapun hadtis-hadits yang memberikan isyarat, juga banyak. Tapi kami sengaja tinggalkan saja untuk lebih lebih sedikit meringkas.
Kelima:
Terdapat beberapa atsar dari para salaf dalam masalah ini, diantaranya:
Dari Abu Musa Al-Asy’ari –rodhiallohu ‘anhu-. Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah –rohimahullah- beliau berkata:
حدثنا وكيع عن يونس بن أبي إسحاق عن أبي بردة قال: (( كَانَ أَبُو مُوسَى إِذَا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي، وَبَارِكْ لِي فِي رِزْقِي )).وإسناده حسن.
“Waki’ telah menceritakan kepada kami, ( dia berkata ) dari Yunus bin Abi Ishaq dari Abu Burdah dia berkata : Abu Musa ( Al-Asy’ari ) apabila telah selesai dari sholatnya, beliau berdo’a : Ya Alloh ampuni dosa-dosa kami, mudahkan perkaraku, serta berkatilah rezekiku.” [ Al-Mushonnaf : 3033 dan sanadnya hasan].
Lihat !, Abu Musa Al-Asy’ari adalah seorang sahabat. Beliau ternyata juga berdo’a ketika selesai dari sholatnya.
Dari Ali bin Abi Thalib –rodhiallohu ‘anhu-. Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah –rohimahullah- beliau berkata:
حدثنا وكيع عن سفيان عن أبي إسحاق عن عاصم بن ضَمْرة عن علي ـ رضي الله عنه ـ أنه كان يقول:(( اللَّهُمَّ تَمَّ نُورُكَ فَهَدَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ….يَعْنِي: يَقُولُ بَعْدَ الصَّلَاةِ.
“Waki’ telah menceritakan kepada kami, dari Sufyan dari Abu Ishaq, dari Ashim bin Dhomroh, dari Ali, sesungguhnya beliau berdo’a : Ya Alloh ! cahayamu sempurna, maka berilah petunjuk ( kepada kami ), maka bagimu pujian……”. Maksudnya, beliau mengucapkan do’a ini setelah sholat.” [ Al-Mushonnaf : 29257 dan sanadnya hasan ].
Keenam:
Beberapa nukilan berupa ucapan para imam tentang disyari’atkannya berdo’a setelah sholat. Diantara mereka adalah:
Al-Imam Asy-Syafi’i –rohimahullah- berkata:
وأستحب للمصلى منفرداً وللمأموم أن يطيل الذكر بعد الصلاة، ويكثر الدعاء رجاء الإجابة بعد المكتوبة.اهـ
“Dianjurkan bagi seorang yang sholat sendirian dan para makmum, untuk memperpanjang dzikir setelah sholat serta memperbanyak do’a dengan harapan untuk dikabulkan setelah sholat wajib.” [ Al-Umm : 1/243 ].
Al-Imam Ahmad bin Hambal –rohimahullah-.
Telah dinukil oleh Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hambali –rohimahullah- beliau berkata:
والمنقول عن الإمام أحمد أنه كان يجهر ببعض الذكر عقب الصلاة، ثم يسر بالباقي، ويعقد التسبيح والتكبير والتحميد سراً، ويدعو سراً.اهـ
“Dinukil dari Al-Imam Ahmad, sesungguhnya beliau mengeraskan sebagian dzikir setelah sholat kemudian merendahkan sisanya. Dan menghitung ( berdzikir ) tasbih, takbir, tahmid dan berdo’a dengan merendahkan suara.” [ Fathul Bari : 5/255 ].
BACA JUGA: Rasulullah Ajarkan Mendoakan Kebaikan Meski Tersakiti
Al-Imam Al-Bukhari -rohimahullah- membuat judul bab dalam kitab Shohih beliau pada hadits no ( 6329 ) : “Bab Berdo’a Setelah Sholat”. Lalu hal ini dijelaskan oleh Al-Imam Badrud Din Al-‘Aini –rohimahullah- beliau berkata:
أَي: هذا باب في بيان الدعاء بعد الصلاة المكتوبة.اهـ
“Artinya : Ini adalah bab dalam menjelaskan ( dianjurkannya ) berdo’a setelah sholat wajib.” [ Umdatul Qari’ : 22/293 ].
Al-Imam Ibnu Hajar –rohimahullah- juga berkata dalam rangka menjelaskan judul bab yang dibuat Al-Imam Al-Bukhari di atas. Beliau mengatakan:
أي: المكتوبة، وفي هذه الترجمة رَدٌّ على من زعم أن الدعاء بعد الصلاة لا يُشرع.اهـ
“Artinya, ( setelah ) sholat wajib. Bab ini menjadi bantahan atas orang yang menyangka sesungguhnya berdo’a setelah sholat wajib tidak disyari’atkan.” [ Fathul Bari : 11/137 ]. [BERSAMBUNG]
Facebook: Abdullah Al Jirani