Oleh: Fahmi Mujahid
Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Gunung Jati Bandung,
Fahmimujahid12@gmail.com
PERSAINGAN antara cinta dan nafsu dalam hati manusia sering mendominasi, tergantung bagaimana manusia dalam menyikapi datangnya rasa. Cinta adalah anugrah dan nafsu adalah musibah. Jadi, antara cinta dan nafsu selalu beriringan mewarnai hati yang dilanda asmara.
Cinta menurut sebagian orang adalah hal yang lumrah, dan tidak disangka-sangka kedatangannya. Namun, sering kali manusia salah dalam menafsirkan cinta, ia terlena dengan keindahan orang yang dicinta.
Menurut sebagian orang, cinta itu buta, karena tidak dilandasi dengan cinta yang menciptakan cinta, sehingga ia terjerumus ke dalam perbuatan nista dan menjadi orang yang hina dina. Cinta memang anugrah Tuhan Yang Mahaesa, untuk menguji siapa yang benar-benar kuat imannya.
Dibalik menciptakan cinta, Allah Swt juga menciptakan nafsu. Berbeda dengan cinta, nafsu yang membelenggu karena adanya bisikan setan yang terus mengganggu. Nafsu selalu mengajak kepada kejahatan, sehingga manusia jatuh ke lembah kehinaan. Nafsu selalu memaksakan kehendaknya agar manusia melakukan kemaksiatan.
Mari lihat contoh bagaimana kita bisa mempersepsikan antara cinta dan nafsu. Cinta yang tulus karena Allah Swt akan berbeda manakala cinta yang dilandasi nafsu syahwat. Contohnya pada zaman ini, bagaimana para pemuda-pemudi yang merealisasikan rasa sukanya dengan menikah dan pacaran.
Ketika dua insan yang dilanda asmara merealisasikan rasa sukanya dengan jalan pernikahan, berati ia tulus cintanya karena Allah disebabkan takut berbuat maksiat. Tetapi, apabila rasa sukanya direalisasikan dengan jalan pacaran, berati cintanya dimanipulasi dengan hawa nafsu.
Pada zaman ini, hubungan antara laki-laki dan wanita sudah menjadi hal biasa. Mereka menjalani hubungannya tanpa adanya ikatan yang sah. Padahal dalam ajaran Islam, Allah telah mengatur bagaimana hubungan antara laki-laki dan wanita supaya tidak terjebak kepada kemaksiatan, yakni melalui jalan pernikahan.
Setan selalu mengajak untuk melakukan maksiat sedikit demi sedikit. Setelah kebiasaan maksiat itu menjadi hal yang biasa, kemudian setan akan membisikan supaya manusia melakukan kemaksiatan yang lebih besar dan akhirnya ia terjebak ke dalam perangkap setan, yaitu melakukan perzinaan.
Upaya yang dilakukan agar manusia jauh dari berbagai macam keburukan maksiat ialah tiada lain dengan jalan pernikahan. Jalan ini merupakan bentuk dari cinta yang tulus kepada Tuhan-Nya, karena lebih memilih ridha-Nya daripada murka-Nya.
Sudah terbukti, bahwa rasa cinta yang dibalut dengan jalan pernikahan adalah cinta yang tulus karena Allah Swt. Sebaliknya, cinta yang dibalut dengan jalan pacaran adalah cinta yang dilandasi dengan nafsu syahwat belaka.
Oleh karena itu, jagalah cintamu karena Allah Yang Maha Pengasih dan buang jauh-jauh cinta yang dilandasi dengan nafsu syahwat. Wallahu a’lam. []