ADA amalan-amalan yang mempunyai efek berantai. Artinya kalau dia mengerjakan sesuatu akan ada akibatnya dan seterusnya sampai menuju satu arah. Perbuatan jujur dan dusta merupakan salah satu contohnya.
Orang yang berbuat jujur akan terus berbuat jujur. Kejujurannya dalam menunaikan suatu amanat akan menghasilkan amanat yang lebih baik. Semakin dia jujur maka lingkungan akan memberikan apresiasi lebih tinggi. Akhirnya kejujuran itu akan mengantarkannya kepada surga.
Dan orang yang senantiasa jujur akan dicatat Allah sebagai orang yang jujur. Maksudnya jika sedikit saja ada kekhilafan maka Allah akan melupakannya. Demikian pula dengan dusta. Seoang yang berdusta akan berusaha menutupi dustanya dengan dusta berikutnya. Ketika dikejar kepada masalah yang sebenarnya, ia kembali berdusta sehingga tercipta sebuah cerita yang lengkap. Di situlah dustanya menjadi sempurna.
Dusta seperti itu akhirnya mengantarkan dirinya ke dalam neraka. Allah dan orang-orang baik di sekelilingnya pun akan mencapnya sebagai pendusta. Suatu ketika ada kebenaran yang dia sampaikan orang menjadi tidak percaya. Allah pun tetap mencatat dia sebagai pendusta karena seringnya ia berdusta.
Maka berhati-hatilah terhadap penyakit dusta. Sekali kita berdusta, lebih baik mengakui bahwa kita bersalah telah berdusta. Daripada kia menghindari malu, lalu kita mengarang cerita fiktif untuk melindungi dosa pertama tadi. Demikian itu kita sudah menjalani dusta kedua. Lantas orang bertanya, ia kembali mengarang cerita dan menuju ke dusta ketiga dan seterusnya. Sebelum menuju neraka, stop dulu di dusta pertama dan jadilah orang yang jujur.
Dalam sebuah hadits disebutkan “Biasakan jujur engkau katakan karena kejujuran akan menuntunmu pada kebaikan. Lalu kebaikan akan menuntunmu menuju surga. Seorang yang jujur selalu dicatat Allah di sisi-Nya sebagai seorang hamba yang sselalu berkata jujur. Berhati-hatilah kamu semua dari berkata dusta karena dusta akan mengantarkanmu pada kejahatan, dan kejahatan akan mengantarkanmu pada neraka. Seseorang yang biasa dusta dicatat Allah di sisi-Nya sebagai pendusta. (HR. Abdullah ibnu Mas’ud). []
Sumber: Hikmah dari Langit/Yusuf Mansur/Pena Pundi Aksara/Januari 2007