Oleh: Lika Zulfaqih
“Nak, pinggulmu kecil, setiap melahirkanpun selalu susah. harus dibawa ke rumah sakit dan semua orang jadi khawatir. Udah ya make KB permanen saja supaya anakmu cukup dua saja, jangan nambah lagi,” ucap mbah aminah kepada anaknya yang baru saja melahirkan.
MASIH banyak kasus seorang ibu akhirnya membatasi anaknya dengan vasektomi atau KB permanen. karena takut melahirkan atau takut tidak bisa mendidik anaknya.
Anak adalah anugerah dan rezeki yang Allah berikan kepada hambanya yang dikendakiNya. Karena tidak semua pasangan suami istri mendapatkanya. Jadi tidak sepatutnya seorang hamba menolak rezeki yang sudah Allah tetapkan tersebut.
BACA JUGA:Â Maukah Menjadi Keluarga Allah?
Banyak anak banyak rezeki, banyak anak banyak peluang pahala bagi ibu dan ayahnya, itulah yang Islam ajarkan. Tulisan ini tidak akan membahas KB (keluarga berencana) versi barat yaitu dua anak cukup dan dengan dua anak keluarga bisa bahagia.
Karena pada faktanya, keluarga bahagia itu tidaklah diukur dari jumlah anaknya. Ada keluarga yang hanya memiliki dua anak, akan tetapi kedua anaknya tersebut bermasalah akhirnya menjadi anak yang tidak soleh dan berperilaku buruk sehingga orang tuanya kesulitan mendidiknya dan tidak bahagia dengan sikap dan perilaku anaknya tersebut.
Ada orang tua yang memiliki banyak anak, lebih dari dua, akan tetapi anak-anaknya tidak bermasalah, mudah dididik dan akhirnya menjadi anak-anak solih yang membahagiakan jiwa orang tuanya.
Berarti banyak anak itu bukanlah kendala untuk menyiapkan generasi berkualitas, juga bukan kendala untuk mendidiknya dan mendapatkan kebahagiaan dalam keluarga.
Cukup dua anak, keluarga kecil bahagia sejahtera hanyalah propaganda barat di tengah-tengah meningkatnya angka kemiskinan keluarga.
Pada zaman sekarang, banyak pasangan suami istri yang menikah tanpa memahami tujuan pernikahanya. menikah dengan tujuan hanya melegalkan syahwat atau status sosial saja adalah bukan perkara yang di ajarkan oleh Islam.
Islam mengajarkan kita Keluarga Berencana, yakni keluarga yang merencanakan atau merancang dengan matang sebelum tahap pernikahan dan setelah pernikahan.
Sebelum tahap pernikahan keluarga memilihkan calon pasangan yang solih dan solihah yang subur demi nasab keluarga yang diinginkan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“Nikahilah perempuan yang pecinta dan yang dapat mempunyai anak banyak (subur), karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan umat-umat terdahulu,” (Hadits Shohih riwayat Abu Dawud. Nasa’i, ibnu Hibban dan Hakim dari jalan Ma’qil bin Yasar).
Pasangan suami istri harus memahami konsep dan tujuan pernikahan adalah untuk beribadah kepada Allah semata. Merencanakan memiliki anak solih solihah dengan kualitas keimanan yang kuat kepada Allah. Anak yang taat akan syariat Allah dan RosulNya. Merencanakan pendidikan. Baik pendidikan agama suami, Istri dan anak-anaknya kelak.
Seorang suami harus memiliki pemahaman agama yang baik agar kelak mampu membimbing istri dan anak-anaknya menuju surgaNya dan menjauhkan dari nerakaNya. Sebagaimana firman Allah dalam qur’an surat At-tahrim ayam 6 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,dan keras,yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Seorang Istri pun harus memiliki pemahaman agama yang bagus dan luas. Pendidikan tinggi seorang istri bukan untuk menyaingi suaminya, melainkan untuk bekal mendidik anak-anaknya agar menjadi anak solih-solihah generasi Islam yang tangguh. karena ibu adalah madrosatul ula alias sekolah pertama bagi anak-anaknya.
BACA JUGA:Â Punya 11 Anak, Ini Kata Ibunda Atta Halilintar soal Keluarga Besarnya
Selanjutnya adalah merancang untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah yang taat syariat Islam dengan cara membentengi keluarga kita dengan pendidikan agama yang kuat, memahamkan kepada keluarga kita bahaya budaya barat yang menjauhkan kita dari nilai-nilai Islam.Â
Hal ini bisa terwujud dengan kita menjadi keluarga berencana menurut pandangan Islam. Keluarga yang memiliki rencana sesuai ajaran Islam dan berkomitmen mewujudkannya agar bisa meraih keluarga yang bahagia dunia akherat. Keluarga yang bukan hanya bahagia di mata manusia melainkan bahagia di mata Allah.
Semua rencana yang keluarga rencanakan di atas tersebut bisa terwujud dengan adanya usaha individu, masyarakat dan tentunya peran pemerintah dalam mewujudkannya. individu sekuat mungkin membuat rencana tersebut dengan ikhtiar yang kuat secara perorangan.
Masyarakat ikut membantu dengan mengawasi dan memberikan lingkungan yang kondusif untuk keluarga dan pemerintah memberikan aturan dan sanksi yang tegas untuk melindungi keluarga dari bahaya yang merusak moral dan akhlak bangsa. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.