Mengingat nikmat, mencoba mencoba menghitungnya walau tak mampu menghingga; mendekatkan kita pada-Nya melalui jalan kesyukuran. Mengingat musibah agar kita tak merasa aman dari ancaman Allah, waspada akan kelalaian diri; memohon istiqamah hingga akhir.
Nikmat yang tak tersyukuri itu lebih banyak daripada musibah yang tak tersabari. Maka meski kemuliaan dan pujian Allah pada keduanya sama; dalam surat ini kisah Sulaiman didahulukan daripada cerita Ayyub. (Muhammad Ali Ash-Shabuni; Tafsir Ahkam, Shadd)
Kadang jarak yang harus diambil sejenak agar kebersandaran kepada Allah semata—bukan hamba—kembali tertegak. Ya Allah, bantulah kami mensyukuri nikmat; tolonglah kami mensabari musibah; ridhailah amal kami; ampunilah dosa kami. []
Sumber: Menyimak Kicau Merajut Makna/Salim A. Fillah/Pro-U Media