KEMARIN sewaktu diskusi pekanan, seorang mahasiswa bertanya, “Stadz, (deuuu gw dipanggil ustadz!), kami ini para mahasiswa diatur oleh peraturan: kalau mau menghubungi dosen, sapa dulu lewat WA atau SMS. Ucapkan salam, kenalkan diri, sampaikan maksud, dan ucapkan terima kasih. Itu diatur oleh kampus.”
“Terus?” tanya saya menunggu.
“Tapi gini Stadz, itu dosen-dosen, seriiing banget bikin sakit hati. Pesan kita cuma dibaca doang. Read, garis hijau dua. Ga dibales. Kalau pun bales, jawabnya singkat: ‘Ya’ atau ‘Ga’. Kan ngeselin itu Stadz… Sakiiit deh hati ini digituin…”
BACA JUGA: Guru
Saya nyengir.
“Nah dalam kondisi seperti itu,” ujarnya lagi, “Kami musti bagaimana?”
Saya garuk-garuk kepala yang ga gatal. Sedikit banyak, saya juga pernah (dan suka) mengalami kayak gitu hehehe….
“Mas,” ujar saya kepada dia akhirnya. “Setiap orang yang bersinggungan dengan kita akan datang dalam dua keadaan. Yang pertama, ia adalah anugerah buat kita …”
Hadirin menunggu, memandangi saya (hehehe..)
“Misalnya nih ya,” ujar saya melanjutkan, “saya kenal Mas Ari itu (saya tunjuk mahasiswa yang namanya memang Ari). Suatu kali saya mau pulang, kehabisan duit, bensin juga habis. Maka saya mendekati Mas Ari dan bertanya, ‘Bisa pinjemin duit buat beli bensin?’. Dan kebetulan, Mas Ari juga punya, maka dipinjeminlah saya… “
“Maka, Mas Ari buat saya adalah sebuah anugerah. Skala dan kebutuhan tentu saja berbeda dengan tempat dan kejadian yang berbeda. Maksudnya, bisa jadi di lain waktu, saya akan meminta bantuan yang lebih besar lagi pada Mas Ari. Atau pada teman-teman Mas Ari. Atau pada orang lain yang saya kenal dan mengenal saya …”
Saya melanjutkan, “Nah, soal (sebagian) dosen Mas yang kayak gitu tadi, maka Allah SWT mengirimkan dia pada hidup kita sebagai pelajaran …”
Beberapa orang mengernyit.
BACA JUGA: Syahwat Seorang Lelaki
“Coba rasakan, gimana rasanya diperlakukan kayak gitu oleh orang yang punya posisi lebih atas daripada kita? Ga enak kan? Sakit kan? Nah, ini adalah pelajaran, bahwa jika kita berada dalam posisi di atas seperti itu, misalnya Mas kelak jadi dosen, jangan pernah melakukan hal seperti itu, pada mahasiswa yang Mas ajar … Kalau iya, maka apa bedanya Mas dengan dosen-dosen macam tersebut?”
“Dalam hal ini, kita senantiasa selalu punya opsi, kita mau jadi apa buat orang lain: anugerah ataukah pelajaran? Sesungguhnya, tak ada yang sia-sia yang diberikan Allah SWT kepada kita … Allahu alam.”
Saya menutup diskusi, dan tidak lagi menerima pertanyaan. Sudah mendekati jam 22.00, dan 24 jam sebelumnya, saya tidur nyaris pukul 23.55 atau sekitar itu. []