TANGGAL 12 Rabiāul Awal diyakini sebagai tanggal kelahiran atau maulid Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman, sang pembawa risalah Islam. Namun, menilik dari sejarah, masih ada perselisihan pendapat para ahli soal sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW, terutama terkait dengan bulan, tanggal, hari, dan tempat di mana Nabi SAW dilahirkan.
Bulan kelahiran
Bulan kelahiran Nabi yang paling masyhur adalah Rabiul Awal. Ini adalah pendapat mayoritas ulama. Bahkan dikatakan oleh Ibnul Jauzi sebagai kesepakatan ulama.
Klaim ijmaā ini tidak sepenuhnya benar, karena banyak pendapat lain yang menegaskan kemungkinan Nabi lahir di luar bulan Rabiāul Awal.
BACA JUGA:Ā Maulid Nabi dari Sisi Historis, Apakah Jadi Bukti Kenabian Muhammad SAW?
Diantara pendapat tersebut adalah beliau dilahirkan di bulan Safar, Rabiul Akhir, dan bahkan ada yang berpendapat beliau dilahirkan di bulan Muharram tanggal 10 (hari Asyura). Kemudian sebagian yang lain berpendapat bahwa beliau lahir di bulan Ramadhan. Karena bulan Ramadhan adalah bulan di mana beliau mendapatkan wahyu pertama kali dan diangkat sebagai nabi. Pendapat ini bertujuan untuk menggenapkan hitungan 40 tahun usia beliau ketika diangkat sebagai nabi, sebagaimana keterangan Anas bin Malik radhiyallahu āanhu,
ŁŲ§Ł Ų±Ų³ŁŁ Ų§ŁŁŁ ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ ŁŁŲ³ ŲØŲ§ŁŲ·ŁŁŁ Ų§ŁŲØŲ§Ų¦Ł ŁŁŲ§ ŲØŲ§ŁŁŲµŁŲ± ā¦ ŲØŲ¹Ų«Ł Ų§ŁŁŁ ŲŖŲ¹Ų§ŁŁ Ų¹ŁŁ Ų±Ų£Ų³ Ų£Ų±ŲØŲ¹ŁŁ Ų³ŁŲ© ŁŲ£ŁŲ§Ł ŲØŁ ŁŲ© Ų¹Ų“Ų± Ų³ŁŁŁ
āRasulullah shallallahu āalahi wa sallam tidak terlalu tingi dan tidak pendekā¦.. Allah mengutusnya di awal usia 40 tahun. Kemudian tinggal di Mekah selama 10 tahun.ā (HR. Bukhari & Muslim)
Tanggal kelahiran
Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa Nabi SAW pernah ditanya tentang puasa hari senin. Kemudian beliau menjawab: āHari senin adalah hari dimana aku dilahirkan dan pertama kali aku mendapat wahyu.ā
Akan tetapi para ahli sejarah berbeda pendapat tentang tanggal berapa Nabi SAW dilahirkan. Di antara pendapat yang disampaikan adalah: Hari senin, Rabiul Awal (tanpa ditentukan tanggalnya). Ada pula yang berpendapat lain yakni: tanggal 2 Rabiāul Awal, tanggal 8, 10, 12, 17 Rabiul Awal, dan 8 hari sebelum habisnya bulan Rabiāul Awal.
Berdasarkan penelitian ulama ahli sejarah Muhammad Sulaiman Al-Mansurfury dan ahli astronomi Mahmud Basya, disimpulkan bahwa hari senin pagi yang bertepatan dengan permulaan tahun dari peristiwa penyerangan pasukan gajah dan 40 tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan atau bertepatan dengan 20 atau 22 april tahun 571, hari senin tersebut bertepatan dengan tanggal 9 Rabiāul Awal. (ar-Rahiqum al-Makhtum, al-Mubarakfuri).
Tanggal Wafatnya Nabi SAW
Para ulama ahli sejarah menyatakan bahwa beliau meninggal pada hari senin tanggal 12 Rabiāul Awal tahun 11 H dalam usia 63 tahun lebih empat hari. (ar-Rahiqum al-Makhtum, al-Mubarakfuri).
Lepas dari ketepatan atau keakuratan penetapan tanggal lahir dan wafatnya Nabi SAW, ada hikmah yang bisa dipetik oleh umat. Terdapat kenyataan bahwa para ulama tidak banyak memberikan perhatian terhadap tanggal kelahiran Nabi SAW, karena penentuan kapan beliau dilahirkan sama sekali tidak terkait dengan hukum syariāat.
Beliau dilahirkan tidak langsung menjadi nabi, dan belum ada wahyu yang turun di saat beliau dilahirkan. Beliau baru diutus sebagai seorang nabi di usia 40 tahun lebih 6 bulan.
Hal ini berbeda dengan hari wafatnya Nabi SAW yang begitu diteliti dengan detail oleh para ulama. Semuanya sepakat bahwa hari wafatnya beliau adalah tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H. Hal ini karena wafatnya beliau berhubungan dengan hukum syariāat.
Wafatnya beliau merupakan batas berakhirnya wahyu Allah yang turun. Sehingga tidak ada lagi hukum baru yang muncul setelah wafatnya Nabi SAW.
BACA JUGA:Ā Spirit dalam Peringatan Maulid Nabi
Memahami hal ini, setidaknya kita bisa renungkan, tanggal 12 Rabiāul Awal yang diperingati sebagai hari kelahiran Nabi shallallahu āalahi wa sallam pada hakikatnya lebih dekat pada peringatan hari wafatnya Nabi yang mulia Muhammad shallallahu āalahi wa sallam dibanding peringatan hari kelahiran beliau.
As-Suyuthi menyebutkan keterangan Abu Amr bin al-Allaā (w. 154 H)
ŁŁŁŲÆ Ų£ŲŲ³Ł Ų§ŁŲ„Ł Ų§Ł Ų£ŲØŁ Ų¹Ł Ų±Ł ŲØŁ Ų§ŁŲ¹ŁŲ§Ų” ŲŁŲ« ŁŁŁŁ: ŁŲ§ ŁŲ²Ų§Ł Ų§ŁŁŲ§Ų³ ŲØŲ®ŁŲ± Ł Ų§ ŲŖŲ¹Ų¬ŲØ Ł Ł Ų§ŁŲ¹Ų¬ŲØ ā ŁŲ°Ų§ Ł Ų¹ Ų£Ł Ų§ŁŲ“ŁŲ± Ų§ŁŲ°Ł ŁŁŲÆ ŁŁŁ Ų±Ų³ŁŁ Ų§ŁŁŁ ŁŁŁ Ų±ŲØŁŲ¹ Ų§ŁŲ£ŁŁ ŁŁ ŲØŲ¹ŁŁŁ Ų§ŁŲ“ŁŲ± Ų§ŁŲ°Ł ŲŖŁŁŁ ŁŁŁŲ ŁŁŁŲ³ Ų§ŁŁŲ±Ų ŲØŲ£ŁŁŁ Ł Ł Ų§ŁŲŲ²Ł ŁŁŁ
Sungguh benar yang dinyatakan Imam Abu Amr bin al-Allaā, beliau mengatakan, āMasyarakat akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka masih merasa terheran. Mengingat bulan kelahiran Nabi shallallahu āalaihi wa sallam adalah Rabiul Awal, yang ini juga merupakan bulan wafatnya beliau. Sementara bergembira di bulan ini karena kelahirannya, tidak lebih istimewa dari pada bersedih karena wafatnya beliau. (al-Hawi Lil Fatawa, 1/190). []
SUMBER: KONSULTASI SYARIAH