Oleh: Nur Fitria Giana, Guru Bahasa Inggris pada Salah Satu Sekolah di Indramayu
INSPIRATIF, itulah satu kesan yang tinggal di benak saya setelah menonton talkshow ‘Sudut Pandang’ di salah satu stasiun televisi swasta. Fifi Aleyda Yahya mengundang teman-teman komunitas extra large untuk berbagi dan mengungkapkan isi hati mereka. Ada banyak hal yang bisa diambil dari acara tersebut.
Bahwa selama ini orang-orang yang dikaruniai badan besar sering dilihat sebelah mata oleh masyarakat umum. Mereka yang selama ini dianggap gendut, disebut jelek dan tak ideal, sesungguhnya juga manusia selayaknya manusia biasa. Tuhan telah menciptakan manusia dalam perbedaannya. Gemuk ataupun kurus hanyalah salah satu bentuk ciptaan Tuhan yang sebetulnya bukan untuk diolok-olok tetapi juga harus mendapat tempat di hati kita.
BACA JUGA: Jadi Gemuk Setelah Nikah?
Dalam perbincangan itu, para anggota komunitas extra large bercerita tentang pengalaman-pengalaman mereka di dunia kerja. Ada yang dikucilkan, dijelek-jelekkan, atau dianggap tidak mampu hanya karena memiliki fisik yang berbeda. Ada satu anggota yang bekerja sebagai operator telepon di salah satu hotel, pada suatu ketika ia menggantikan temannya yang sedang ke kamar kecil untuk menyambut tamu-tamu hotel. Tindakannya tersebut justru membuat atasannya dipanggil dan dimarahi. Ia tidak boleh lagi menunjukkan kualitasnya dan menyambut para tamu hanya karena penampilannya yang dianggap tidak ideal.
Ironis. Mengapa manusia malah membedakan manusia lainnya? Melihatnya dari sudut pandang fisiknya, bukan dari kemampuannya. Contoh di atas menunjukkan bahwa, semua orang memiliki kemampuan, terlepas dari bentuk tubuhnya kurus, tinggi, pendek, gemuk atau apalah. Perbedaan fisik seperti ini seharusnya tidak menghalangi seseorang kepada suatu pekerjaan, karena gemuk atau kurus yang penting adalah kompetensi dan kemampuannya.
Namun, perbedaan seringkali ini menjadi sumber diskriminasi, misalnya di dalam suatu iklan lamaran kerja, ada salah satu syarat yang harus dipenuhi. Syarat tersebut adalah berpenampilan menarik. Menurut saya syarat tersebut ambigu. Penafsiran dari penampilan menarik ini bisa bermacam-macam. Lagipula penampilan yang menarik belum tentu menunjang kemampuan kerja yang sepadan.
Kalau kita merujuk pada tren sekarang, kita bisa lihat bagaimana kemampuan bernyanyi Regina yang menjuarai Indonesian Idol 2012. Atau misalnya Adele yang menjadi ratu Itunes dan menggemparkan jagat permusikan dunia lewat suaranya. Mereka telah membuktikan bahwa gemuk bukan masalah, kualitas dirilah yang ditunjukkan mereka.
Di satu sesi terakhir talkshow itu, ada juga cerita seorang ibu yang membawa anaknya ke psikolog. Sang ibu ingin berkonsultasi agar anaknya bisa makan setelah tidak mau makan selama beberapa lama. Kenyataannya si ibulah yang dari awal menanamkan stigma negatif dibenak anak, bahwa gemuk itu jelek, gemuk itu salah dan yang baik adalah kurus.
Si anak yang terus menerus ditekan seperti itu sampai tidak mau makan apa-apa. Kalaupun makan, ia akan memuntahkan lagi makanannya. Ketika ditanya mengapa ia melakukan itu. Sang anak hanya bisa menjawab, ia teringat bagaimana ibunya bilang bahwa gemuk itu jelek, bahwa lemak yang bergelambir itu jelek, sehingga ia tidak mau makan supaya badannya tidak bertambah gemuk.
Walhasil, sekarang ibunyalah yang sekarang uring-uringan karena anaknya susah makan. Si ibu jadi menyesal bahwa ia telah menanamkan ajaran yang kurang baik kepada anak. Yang lucunya lagi, keluarga si anak tersebut juga rata-rata berbadan tambun. Jadi secara genetis, keluarga itu memang dilahirkan tambun. Kita tidak bisa memaksakan buah pohon durian akan berbuah seperti pohon apel karena pohon durian akan menghasilkan durian begitu juga pohon apel.
BACA JUGA: Filosofi 5 Jari, yang Mana Diri Kita?
Pelajaran yang bisa dipetik dari talkshow ini adalah tidak ada manusia yang sempurna, sama-sama saling melengkapi. Bahwa Allah SWT menciptakan manusia semuanya dalam keadaan yang paling sempurna. Yang hitam melengkapi yang putih, yang sipit melengkapi yang lebar, yang kaya melengkapi yang miskin, yang gemuk melengkapi yang kurus. Semuanya saling melengkapi dan tidak ada yang sempurna. Bersyukur dengan apa yang sudah kita punya. Mau gendut, mau kurus. Itulah yang diberikan Allah SWT kepada kita. Konsep kecantikan yang kurus, langsing, tinggi itu adalah imajinasi buatan manusia. Bukan kecantikan yang sebenarnya. Berbahagialah dengan apa yang kita punya. Tidak perlu memaksakan diri melawan kehendak Allah. Misalnya orang yang gemuk ingin kurus sampai melakukan anorexia, itu sudah melawan kodrat Allah. Alih-alih ingin berubah justru malah jadi penyakit.
Yang terpenting adalah sehat, bebas penyakit dan hidup bahagia. Namun, jika kita ingin merubah diri sendiri maka itu boleh-boleh saja. Setiap orang pasti ingin menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, tergantung bagaimana presepsi kita masing-masing. Selama kita bisa nyaman dan bahagia dengan hidup kita yang sekarang. []