PERAYAAN pergantian tahun masehi identik dengan kegiatan hura-hura. Salah satunya adalah menyalakan kembang api tepat pada pukul 12 malam. Kembang api dengan berbagai warna tersebut menggelegar di atas langit dan memancarkan cahaya warna-warni yang sangat indah.
Di balik keindahan cahaya berwarna-warni tersebut, ada satu kegaduhan yang ditimbulkan yaitu menggelagarnya suara kembang api saat dinyalakan. Tentu saja hal ini dapat mengganggu ketenangan orang di sekitar. Bagaimana kalau tetangga kita sedang sakit atau bagaimana kalau pada saat itu ada salah satu keluarga kita terkena musibah? Apakah mereka dapat merasakan senangnya perayaan tahun baru? Lalu, seperti apa pula Islam memandang kegiatan tersebut?
BACA JUGA: Memutus Siklus Hedonisme Tahun Baru
Menyalakan kembang api dalam menyambut tahun baru masehi merupakan suatu kebiasaan yang tidak terdapat dalam ajaran Islam. Mengapa demikian?
Menyalakan kembang api dan petasan merupakan kebiasaan kaum kafir untuk mengusir setan yang mengganggu mereka. Islam mengajarkan umatnya untuk menghindari kepercayaan yang tidak sesuai dengan Islam. Sebagaimana dalam QS. An-Nur: 21, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.”
BACA JUGA: Tahun Baru, Hanya 1 Januari?
Semakin bagus cahaya kembang api, semakin mahal pula harganya. Membeli sesuatu yang tidak bermanfaat adalah salah satu sifat pemborosan. Karena itu, membeli kembang api dengan jumlah yang banyak dan harga yang mahal termasuk pemborosan, dan Allah sangat tidak menyukai sifat boros. “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’: 27)
Alangkah baiknya bila lebih hemat dalam menggunakan harta yang dimiliki. Selain itu, sebagai seorang muslim dalam menyikapi perayaan tahun baru tidak perlu dengan berhura-hura. Harusnya, jadikan momentum tahun baru sebagai awal untuk beribadah lebih baik. []