APA hubungannya baca Al-Quran dan pekerjaanmu?
Seberapa berat pekerjaanmu?
Seberapa banyak hal yang harus kau kerjakan?
Seberapa besar beban yang kau pikul setiap pagi di setiap hari saat kau bangun tidur?
Bertumpuk-tumpuk?
Bergumpal-gumpal?
Ini pengalaman saya pribadi. Ga ilmiah. Ga bisa dijadikan bukti pula.
Saat ini, saya harus menangani beberapa hal kerjaan. Semuanya memang selalu di belakang PC atau laptop. Saya pernah sesumbar, “Sepanjang kerjaannya ga jauh-jauh dari komputer, insyaAllah, saya bisa kerjakan.”
Tapi, ternyata, ga juga.
Banyak melesetnya. Banyak juga yang ga kerjain oleh saya. Setelah Isya, biasanya saya sekarang akan tutup kerjaan. Tidur. Habis Shubuh, ya mulai kerja lagi. Tapi ternyata, bukan kapan kamu memulai. Tapi bagaimana kita memulai.
Setiap kali saya langsung kerja sehabis Shubuh, dan kemudian saya bilang pada diri saya, “Tilawah Al-Quran-nya nanti aja agak siang, sore atau malam,” saya merasakan, kerjaan ga ada berenti-berentinya.
BACA JUGA:Â Manusia dan Ujian
Satu kali dua kali, malah akhirnya, blast, sama sekali ga tilawah Al-Quran hari itu. Artinya, kerjaan ga beres, tilawah juga nggak.
Kata Nabi, “Sesungguhnya seorang yang tida ada sedikitpun Al-Quran dalam hatinya adalah seperti rumah kosong.” (HR. at-Tirmidzi).
Beberapa waktu belakangan ini, saya “maksain diri” (tahapnya emang lagi maksain kok! Malu saya!), usai Shubuh, duduk sampe waktu Syuruq.
BACA JUGA:Â Doa Ibu di Kesebelasan Maroko
Klise emang.
Tapi hari yang dengan dilalui seperti itu, saya merasa kerjaan saya tertata, dan malah, jam 14.00 atau 16.00 sudah bisa mengerjakan pekerjaan untuk esok hari. []