ISLAM adalah agama yang menjunjung tinggi persatuan dan melarang perpecahan. Namun dalam kenyataannya, umat Islam saat ini bergolong-golongan satu dengan yang lain. Dan yang menjadi masalah besar adalah ketika seseorang lebih bangga dan merasa paling benar dengan golongannya sehingga merendahkan saudara seiman yang tidak segolongan dengannya. Lebih parah lagi sampai bermusuhan. Inilah yang akan mendatangkan azab Allah SWT.
Dalam Islam, semangat membela atau menolong karena spirit golongan atau kesukuan biasa disebut dengan Ashabiyah. Secara bahasa, Ashabiyah adalah kata yang mengandung arti saling menjaga dan melindungi. Ibnu Mandzur dalam kitab Lisanul Arab ia berkata, makna Fanatisme Golongan adalah: “Ajakan seseorang untuk membela keluarga/kelompok dari siapa pun yang menyerang mereka. Tanpa peduli keluarganya melakukan kezaliman atau menjadi pihak yang terzalimi. (Ibn Mandzur, Lisan al-‘Arab, I/606)
BACA JUGA: Iblis Dulu Termasuk Golongan Malaikat, Benarkah Demikian?
Sementara itu, secara langsung Rasulullah SAW juga pernah menjelaskan makna Ashabiyah. Sebuah riwayat dari Putri Watsilah bin Al-Asqa’, ia mendengar Ayahnya berkata, “Aku berkata, wahai Rasulullah, apa itu Ashabiyah?” Rasul menjawab:
أَنْ تُعِينَ قَوْمَكَ عَلَى الظُّلْمِ
“Engkau menolong kaummu atas kezaliman yang dilakukan.” (HR. Abu Dawud)
Dari penjelasan di atas, kita menangkap bahwa poin dari Ashabiyah adalah fanatisme golongan yang membabi buta terhadap kabilah, suku kelompok, maupun bangsa. Meletakkan fanatisme suku dan bangsa di atas agama. Sehingga batasan agama yang seharusnya menjadi parameter dalam setiap urusan dikesampingkan karena alasan solidaritas kesukuan.
Jika dikaji lebih mendalam, kita akan mendapati bahwa Fanatisme Golongan ini merupakan semangat persatuan yang dibangun atas dasar kesamaan suku dan bangsa. Paham ini meletakkan kesetiaan tertinggi individu hanya kepada suku dan bangsa dengan maksud agar individu memiliki sikap mental atau perbuatan untuk mewujudkan kemajuan, kehormatan, kesejahteraan bersama.
Fanatisme Golongan pada zaman Jahiliyah telah merubah pikiran manusia untuk mengutamakan kepentingan suku, kabilah, dan bangsa di atas kepentingan yang lain melebihi kepentingan agama sekalipun. Paham ini berbahaya bagi Islam karena bisa menyebabkan terkotak-kotaknya persaudaraan kaum Muslimin. Semangat kebersamaan sebagai satu umat yang diikat dengan tali iman menjadi pudar ketika Fanatisme Golongan menghinggapi pemikiran kaum Muslimin.
Loyalitas sesama mukmin pun menjadi kabur dan semakin tidak jelas. Sebab, egoisme suku dan bangsa menjadi kepentingan tertinggi di atas segala-galanya. Hak untuk mendapatkan pembelaan sesama Muslim menjadi terhalang karena perbedaan suku dan bangsa. Penderitaan umat yang berada di luar suku dan bangsa terkadang luput dari perhatian karena tidak sejalan dengan arah politik suku dan bangsa.
Demikianlah sejatinya fanatisme suku dan bangsa bisa mencacati persaudaraan Islam. Bak duri di dalam daging, api di dalam sekam yang menggerogoti Ukhuwah Islamiyah.
BACA JUGA: 4 Golongan Ini Tak Akan Cium Bau Surga
Pada taraf ekstrem, Fanatisme Golongan, fanatisme kesukuan, dan fanatisme kebangsaan bisa menjadi ancaman stabilitas keamanan. Sebut saja Adolf Hitler pemimpin Nazi di Jerman, jejak perang dan pembantaian yang dia lakukan didasarkan kepada fanatisme etnis dan bangsa.
Contoh modern adalah kekejaman Israel terhadap kaum Muslimin Palestina yang berlangsung puluhan tahun. Hal yang mendasari agresi, perampasan hak, pengusiran, dan bombardir terhadap rakyat Palestina adalah dampak dari fanatisme warga Yahudi terhadap etnis mereka. []
SUMBER: DAKWAH.ID