ISTILAH “Generasi Stroberi” atau “Strawberry Generation” merujuk pada generasi muda yang dianggap: “Tampak manis di luar, tapi mudah hancur di dalam.”
Asal Usul Istilah
Istilah ini pertama kali populer di Taiwan untuk menggambarkan anak-anak muda yang lahir setelah tahun 1980-an, khususnya pasca-era industrialisasi.
Mereka dianggap:
Terlalu lembut atau rapuh menghadapi tekanan.
Tidak tahan banting seperti generasi sebelumnya.
Mudah tersinggung, emosional, dan sensitif terhadap kritik.
BACA JUGA: Palestina dan Khazanah Generasi Muslimin
Ciri-Ciri Generasi Stroberi
Beberapa karakteristik yang sering dikaitkan (meskipun tentu tidak semua orang muda seperti ini):
Kreatif & ekspresif
Melek teknologi
Kurang tahan kritik
Rentan stres atau overthinking
Mudah menyerah dalam menghadapi tantangan
Apakah Semua Anak Muda Begitu?
Tentu tidak. Label ini seringkali terlalu menyederhanakan realita. Banyak anak muda saat ini justru:
1- Berjuang menghadapi tekanan zaman modern,
2- Lebih sadar akan kesehatan mental,
3- Berani speak-up untuk keadilan sosial.
Mereka hanya hidup di zaman yang berbeda tantangannya dibanding generasi sebelumnya.
BACA JUGA: Keluarga Ali Imran, Kesinambungan Hadirnya Generasi Terbaik
Hikmah yang Bisa Diambil
Sebagai orang tua, pendidik, atau masyarakat:
1- Jangan hanya menyalahkan generasi muda,
2- Tapi bimbing mereka dengan empati, bukan hanya kritik.
3- Ajak mereka untuk menguatkan mental, tapi dengan pendekatan yang relevan dengan zaman.
Setiap generasi punya ujiannya sendiri. Tugas kita bukan menghakimi, tapi mendampingi. []