MALAM pertama dalam sebuah pernikahan adalah salah satu hal yang mungkin paling berkesan dalam hidup setiap orang. Bagaimana tidak, itulah pertama kalinya kita menghadapi seseorang yang begitu asing berdampingan dengan kita. Malam pertama, dalam Islam, disebut dengan malam zafaf.
Bagi Anda yang sudah menikah, tentu sudah lewat. Tetapi tidak ada salahnya untuk kembali “menghadirkan” malam zafaf dalam interaksi dengan pasangan sah.
Sebagai seorang Muslim, tentu proses yang bersih dan syar’i terlewati dengan tiada goresan kemubadziran dan kema’syiatan. Untuk menggapainya Rasulullah SAW telah mencontohkan tata cara dalam mengarungi malam zafaf untuk pasangan suami-isteri penuh berkah yaitu:
1. Wangikan mulut dan bersikan gigimu
Pertama kali bila dua insan yang telah menjadi satu dan dipersatukan dalam ikatan pernikahan setelah prosesi akad dan walimatul ursy adalah sebuah komunikasi di malam pertama, baik verbal maupun non verbal akan memberikan kesan yang tiada terlupakan. Kesan yang baik atau tidak baik akan dipengaruhi oleh kebersihan gigi, bau mulut, bau nafas, lidah dan bibir pasangan suami-isteri.
‘Aisyah ra, pernah ditanya, “Pekerjaan apa yang mula-mula dilakukan Rasulullah saw saat memasuki rumahnya?” Ia menjawab, “Siwak” (HR.Muslim)
2. Sebarkan Aroma Wewangian
Rasulullah saw bersabda:” Yang sangat aku cintai dari duniamu, adalah isteri dan haruman. Dan dijadikanlah sholat sebagai penyejuk sholatku.” (HR. Ahmad, An Nasa’i dan Al Baihaqi)
Aroma wewangian di tubuh pasangan suami-isteri, akan menjadikan getaran-getaran di malam yang indah. Aroma ini dapat juga di gunakan untuk terapi dalam mengarungi malam zafaf, malam yang tak akan terlupakan.
Wewangian ini, Menurut Ustadz Mohammad Fauzil ‘Adhim, bisa dipakai di daerah-daerah lipatan, yaitu lipatan telinga, lipatan jari-jemari, daerah antara leher dan geraham, kening, lipatan payudara, serta kemaluan, yakni permukaan dan dinding-dindingnya jika memungkinkan.
3. Bereskan Lima Perkara Fitrah
“Lima hal yang termasuk fitrah; istihdaad (mencukur bulu di sekitar kemaluan), khitan, memangkas kumis, mencabuti bulu ketiak, dan memotong kuku.” (HR. Jama’ah)
Pasangan suami-isteri merupakan pasangan satu jiwa, yang akan bersama-sama membangun peradaban dan perubahan dalam berkeluarga. Untuk kenyamanan dalam berhubungan masing-masing pasangan berusaha untuk merawat dan menjaga tubuh yang telah Allah swt, anugrahkan .
Perhatikanlah tentang lima hal di atas, untuk istihdaad (mencukur bulu kemaluan) masing-masing bisa mengukur kenyamanan dalam merawat dan mencukurnya. Khitan jelas bagi laki-laki kita telah mengkhitannya, yang lebih penting dari khitan adalah menjaga kebersihannya. Berusaha memangkas kumis dan menata rapi jenggot yang tumbuh, kumis yang tipis dan jenggot yang tertata rapi lebih menarik untuk dipandang. Cobalah cabuti atau atau dicukur (pendapat imam Syafi’i) bulu ketiak masing-masing, karena bau badan kebanyakan bersumber dari ketiak. Dan yang terakhir rapikan dan potonglah kuku masing-masing, agar lebih terpelihara dan menjaga jangan sampai melukai pasangannya dalam berhubungan.
4. Berhias
“Perhiasan lelaki adalah yang tampak baunya, namun trrsembunyi warnanya. Dan perhiasan wanita adalah yang tampak warnanya namun tersembunyai baunya.” (HR. At Tirmidzi dan An Nasa’i)
Seorang suami bisa menghiasi dirinya dengan kebersihan badan, wangi tubuhnya, segar bau mulutnya dan kata-kata pujian untuk isterinya. Begitu pula untuk isteri bisa berhias, dari merias wajah (kencantikan dimulai dan dirasakan dari pandangan), wangi aroma tubuhnya, bersih dan segar tubuhnya serta kelembutan kata-katanya.
Tampilah luar biasa, lebih dari yang biasa (sebelum menikah) di hadapan suami atau isteri sangat dianjurkan karena dapat menentramkan jiwa. Dan apa yang ada di isteri dan apa yang ada di suami adalah menjadi milik mereka berdua. Jadi berhiaslah dengan sebagus dan seindah mungkin di hadapan pasangan.
5. Salam, doa dan kecupan pertama.
Dan malam itupun tiba, ketika suami beranjak dari tempat duduk setelah menemani tamu yang terakhir mengucapkan keberkahan. Kemudian berjalan mendekati pintu pengantin yang di dalamnya ada bidadari yang menunggu dengan was-was. Maka ketuklah pintu kamar pengantin dan ucapkanlah salam untuk menghapus kegalauan hati yang menunggu. Mudah-mudahan, dengan salam ini, keberkahan dikaruniakan Allah swt dari getar ucapan dan jawaban salam dari bibir mereka.
Rasulullah bersabda pada Anas:”Wahai anakku, jika engkau datang pada keluargamu, maka ucapkanlah salam. Jadilah keberkahan atasmu dan atas ahli rumahmu.” (HR. At-Tirmidzi).
Sesudah pintu dibuka, saling pandanglah dengan penuh kesyukuran kepada Allah swt, tatap matanya, wajahnya yang menunduk malu dan lebih dekatkan lagi tatapan itu dan ucapkanlah doa, disaat pandangan mata bertemu agar ia mendengar dan bersama-sama melafazhkan doa permohonan; “Barakallahu likuli waa hidin minna fii shaa hibihi,” (semoga Allah swt membarakahi masing-masing di antara kita terdapat teman hidupnya).
Mendekatlah, duduk disampingnya dan bersiaplah memberi sentuhan yang penuh makna dengan kecupan yang dalam pada ubun-ubun isteri. Dan iringilah dengan bibir berucap doa memohon kebaikan pada Allah swt, yang telah menciptakan pangsangannya. Separti yang dituntunkan Rasulullah yang lembut. “Apabila salah seorang dari kalian menikahi seoarang perempuan, maka hendaklah ia memegang ubun-ubun-nya, membaca basmalah dan memenjatkan doa memohon barakah, serta mengucapkan doa: “Allahumma inni asaluka min khoiriha wa khoiri maa jabaltaha alaihi wa aa u dzu bika min syaari ha wa syaari ma jabaltaha alaihi,” (Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikannya dan kebaikan wataknya. Dan aku berlindung kapadaMu dari kejahatannya dan kejahatan wataknya). (HR. Al Bukhari, abu dawud, Ibnu Majah)
6. Sholat Berjama’ah berdua
Lakukanlah dan ajak isteri untuk mengambil air wudhu dan shalat maghrib berjamaah. Setelah shalat maghrib membaca dzikir, shalat sunnah ba’diyah, membaca wirid dan doa rabithah. Menjelang Isya ajaklah untuk shalat sunnah bersama sebagaimana dilakukan salafush shalih, agar pernikahan ini penuh barakah. Selesai shalat baca doa sebagaimana diajarkan baginda nabi dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud, “Allaahumma baarik li fi ahli, wa baarik lahum fiyya. Allaahumma ijma’ bainana ma jama’ta bikhair, wa farriq bainana idza farraqta ila khair,” (HR.Ibnu Abi Syaibah) (Ya Allah, barakahilah bagiku dalam keluargaku, dan berilah barakah mereka kepadaku. Ya Allah, kumpulkan antara kami apa yang engkau kumpulkan dengan kebaikan, dan pisahkan antara kami jika engkau memisahkan menuju kebaikan).”
7. Segelas air susu pengantar keakraban
Di samping ranjang tempat tidur ada sebuah meja kecil, dimana ada nampan yang di atasnya ada segelas air susu atau buah anggur atau kurma. Atau isteri membuatkan dan membawanya dari dapur ke kamar untuk dinikmati olah suami.
Asma’ binti Yazid ibn sakan bercerita tentang kikuk berujung keakraban yang terjadi di malam pengantin Rasulullah dengan ‘Aisyah. Diriwatkan Imam Ahmad :
“Aku menghias ‘Aisyah untuk Rasulullah saw, lalu aku datang kepada beliau. Kupanggil beliau agar memandang ‘Aisyah secara jelas lalu menuju ke sampingnya.
“Maka didatangkanlah sebuah wadah besar berisi susu dan beliau meminumnya. Kemudian Nabi saw, mengulurkannya pada ‘Aisyah. ‘Aisyah hanya menundukan kepala tampak dipenuhi rasa malu.”
Kata Asma’ kemudian, “Akupun membentaknya dan berkata kepadanya: Ambilah dari tangan Nabi saw! Lalu ia menerimanya dan memimumnya sedikit. Kata Nabi saw padanya:Berilah juga temanmu itu.”
Anda lebih tahu bagaimana mendesain makan atau minum pembuka sebuah keakraban menuju pembicaraan yang berbobot.
8. Selanjutnya?
Silakan tuntaskan sendiri. []