DALAM penentuan tanggal 1 Ramadhan dan 1 Syawal sering terjadi perbedaan. Biasanya, perbedaan itu terjadi dari metode yang dipakai. Untuk menentukan 1 Ramadhan bisa dengan Rukyat dan Hisab. Masing-masing memiliki dalil. Maka jika berbeda tetapi ada dalil yang kuat, sah-sah saja.
Menjelang Ramadhan kita sering mendengar istilah Hilal, Rukyat dan Hisab. Tiga kata tersebut akan ramai dibicarakan saat menjelang Bulan Puasa dan menjelang Lebaran atau 1 Syawal.
Hilal adalah penampakan bulan yang paling awal terlihat menghadap bumi setelah bulan mengalami konjungsi/ijtimak. Bulan awal ini akan tampak di ufuk barat (maghrib) saat matahari terbenam.
BACA JUGA: Kejadian Lucu, Tatkala Khilal Tertutup Uban
Ijtimak/konjungsi adalah peristiwa yang terjadi saat jarak sudut (elongasi) suatu benda dengan benda lainnya sama dengan nol derajat.
Dalam pendekatan astronomi, konjungsi merupakan peristiwa saat matahari dan bulan berada segaris di bidang ekliptika yang sama. Pada saat tertentu, konjungsi ini dapat menyebabkan terjadinya gerhana matahari.
Hilal merupakan kriteria suatu awal bulan. Seperti kita ketahui, dalam Kalender Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya matahari waktu setempat, dan penentuan awal bulan (kalender) tergantung pada penampakan hilal/bulan.
Karena itu, satu bulan kalender Hijriyah dapat berumur 29 hari atau 30 hari. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, Mereka bertanya kepadamu tentang hilal. Katakanlah, “Hilal itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji…” (QS. Al Baqoroh:189).
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.
Aktivitas rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi bulan berada di ufuk barat, dan bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari).
Apabila hilal terlihat, maka pada petang waktu setempat telah memasuki tanggal 1. Perihal penentuan bulan baru, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi perhatian khusus pada Sya’ban dan Ramadhan.
Hadits dari Abi Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya (hilal bulan Syawal). Jika kalian terhalang awan, maka sempurnakanlah Sya’ban tiga puluh hari” (HR. Bukhari dan Muslim).
BACA JUGA: Benarkah Ukuran Hilal Minimal Harus 2 Derajat?
Selain hilal dan rukyat ada juga istilah hisab. Hisab sering digunakan sebagai metode perhitungan matematik astronomi untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi.
Penentuan posisi matahari menjadi penting karena umat Islam untuk ibadah shalatnya menggunakan posisi matahari sebagai patokan waktu shalat.
Sedangkan penentuan posisi bulan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam Kalender Hijriyah. Ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat orang mulai berpuasa, awal Syawal saat orang mangakhiri puasa dan merayakan Idul Fithri, serta awal Dzulhijjah saat orang akan wukuf haji di Arafah (9 Dzulhijjah) dan hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah). []