SIDRATUL muntaha merupakan sebuah tempat yang jadi persinggahan terakhir dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan bahwa beliau melakukan perjalanan malam dari masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestina, kemudian diteruskan ke langit ke tujuh hingga Sidratul Muntaha.
Hal ini pun disebutkan dalam Alquran.
“Yaitu di Sidratul Muntahà saat mikraj.” (QS An-Najm: 14)
Lantas, apa itu sidratul muntaha?
Dalam Tafsir al-Munir karya Wahbah Zuhayli ditulis bahwa menurut pendapat banyak kalangan ulama, sidratul muntaha adalah sebatang pohon di langit ketujuh. Namun dalam hadits shahih lainnya dikatakan bahwa itu terletak di langit keenam.
BACA JUGA: 3 Anugerah Allah Kala Nabi Mi’raj
Demikian juga disebutkan dalam Tafsir Al-Mukhtashar/Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) bahwa sidratul muntaha adalah Pohon sidr yang berada di langit ke enam, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih.
“Disitulah penghujung ilmu dan batas penamat pengetahuan makhluk. Tidak ada siapapun yang mengetahui apa yang ada dibaliknya,” tulis Wahbah Zuhayli.
Lebih lanjut al-Zuhaily mengutip riwayat Bukhari dari Anas yang mengatakan, “Kemudian ia (Jibril) membawa baginda (Rasulullah) ke lapisan (langit) lebih tinggi yang hanya Allah SWT mengetahui ketinggiannya, sehingga sampai ke Sidratul Muntaha untuk menemui Sang Khalik. Lantas Rasulullah menghampiri Allah SWT yang mewahyukannya perintah sholat 50 waktu.”
Sementara dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa sidratul muntaha adalah nama sebuah pohon Nabaq yang terletak di sebelah kanan Arasy; tiada seorang malaikat pun dan tidak pula yang lainnya dapat melewati tempat itu.
Dalam pendapat yang lebih rajih, diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Zar bahwa beliau bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Nabi, adakah engkau melihat Tuhanmu?” Nabi SAW menjawab, “Aku melihat cahaya.”
Mengenai Sidratul Muntaha, al-Zuhaily menuliskan bahwa tidak ada penjelasan detail mengenai tempat, sifat, atau penggambarannya melainkan seperti yang terdapat dalam Al-quran maupun hadits shahih yang diriwayatkan Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud yang mengatakan, “Tatkala Nabi SAW diisra’kan, Nabi sampai ke sidratul Muntaha. Beliau berada di langit ketujuh, disitulah pemberhentian akhir apa-apa saja yang naik dari bumi, dan disitu pula bermulanya apa-apa yang akan turun dari langit.”
BACA JUGA: Ini Beberapa Fakta Isra Mi’raj yang Wajib Kamu Ketahui
Menurut Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H, Sidratul Muntaha adalah pohon bidara yang sangat besar, di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mi’raj. Disebut Sidratul Muntaha karena sampai ke sanalah ujungnya segala yang naik dari bumi, wallahu a’lam.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat malaikat Jibril di tempat itu, dimana tempat itu adalah tempat ruh-ruh yang tinggi yang bersih dan indah yang tidak didekati oleh setan serta ruh jahat lainnya.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam An-Nafahat Al-Makkiyah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi. Disebutkan bahwa Allah berfirman:
“Dan sungguh Muhammad telah melihat JIbril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,” artinya, Nabi Muhammad melihat Jibril lagi ketika turun menghampirinya “(yaitu) di Sidratul Muntaha,” yaitu sebuah pohon yang sangat besar berada di atas langit ketujuh, disebut demikian karena di tempat itulah semua yang naik dari bumi berhenti dan dari situlah wahyu Allah turun. Atau karena disitulah batas akhir ilmu seluruh makhluk, artinya karena keberadaannya di atas langit dan bumi, di situlah batas akhir ilmu atau karena hal lainnya, wallahu a’lam. Nabi Muhammad melihat Jibril di tempat itu, disitulah tempat bersemayamnya ruh yang suci dan indah, yang tidak bisa didekati setan dan ruh-ruh keji lainnya. []
SUMBER: QURAN KEMENAG | TAFSIR WEB