APA itu thiyarah atau tathoyyur?
Hoki dan sial sering kali dinisbatkan kepada benda. Benda dianggap bisa membawa manfaat ataupun mudharat. Seperti jimat-jimat yang membawa hoki, cincin, keris, kertas jimat yang ditempel, hewan peliharaan dan sebagainya. Atau mitos yang diyakini membawa keberuntungan seperti warna keberuntungan, angka keberuntungan dan seterusnya.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۗ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah”. Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya). (QS. Yunus: 49)
Tathoyyur, 3 Hal
Dalam Islam tidak mengenal kesialan melainkan ada pada 3 hal. Yakni rumah, kendaraan dan wanita.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Kalau memang pengaruh jahat (kecelakaan atau kesialan) benar maka yang pasti hal itu kadang terjadi pada pada kuda, dalam diri wanita dan dalam rumah tangga.” (HR. Muslim 4130)
Kesialan dalam hal ini adalah hal yang qadari (masuk akal; mengandung unsur sebab-akibat). Maka jika seseorang meninggalkan rumah yang terasa tidak cocok baginya, atau menceraikan istri yang ia rasa tidak cocok baginya, atau meninggalkan kendaraan yang tidak cocok baginya, ini semua tidak mengapa dan bukan thiyarah yang terlarang. (Fatawa Islamiyyah 4/212)
Tathoyyur: Bukan Benda tapi Unsur Sebab Akibat
Perlu diketahui kesialan di sini bukan dilihat dari benda itu sendiri tapi memang ada unsur sebab akibat di situ. Misalnya, rumah yang biasa ditempati untuk maksiat maka membuat rumah itu hilang keberkahannya, membuat gak nyaman dan sebagainya. Demikian pula dengan kendaraan.
BACA JUGA: 12 Kesyirikan yang Dianggap Tradisi
Sementara dalam hal wanita di sini maksudnya adalah wanita yang selalu membuat suaminya marah, sering membangkang, bermaksiat, tidak mau dinasehati dan sebagainya. Hal ini tentu akan berefek kepada suaminya.
Atau sebab alasan lain yang masuk akal dan memang ada unsur sebab akibat. Misal rumah yang kumuh, lingkungan rumah yang buruk, kendaraan yang sering rusak, sering membawa kepada kerugian.
Semua itu bukanlah thiyarah atau tathoyyur yang termasuk syirik kecil melainkan sesuatu yang mengantarkan kepada keburukan.
Tathoyyur: Perintah Rasul
Seseorang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sungguh dahulunya kami tinggal di suatu tempat yang mana di sana jumlah kami banyak, harta kami banyak, kemudian kamipun pindah ke tempat yang lain, maka berkuranglah jumlah kami, dan sedikit pula harta kami. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tinggalkanlah tempat itu, sesungguhnya ia buruk”. (HR Abu Daud)
https://www.youtube.com/watch?v=KRCV6c_7swg&t=171s
Menanggapi hadits di atas Imam Ibnu Qayyim mengatakan,
“Dan hal ini tidaklah termasuk thiyaroh yang terlarang. Hanyasaja Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan mereka untuk berpaling darinya, tatkala yang demikian masuk ke dalam hati mereka karena dua kemashlahatan:
Tathoyyur: Dua Hal
(Pertama) Agar mereka berpisah dengan tempat yang mana mereka merasa berat dan terganggu tinggal di sana, dikarenakan keburukan yang mereka dapati di sana. Agar mereka bisa beristirahat (bebas) dari apa-apa yang mengganggu mereka dari rasa kegoncangan (keburukan) di tempat itu, dan rasa sedih.
BACA JUGA: Benarkah Hari Sial Ada Dalam Islam?
(Kedua) Bisa jadi hal tersebut mengantarkan mereka kepada menganggap sial dan tathoyyur. Maka hal itu (tetap tinggal) menjerumuskan mereka ke dalam dua hal yang besar: pertama: bersanding dengan kesyirikan. Dan kedua: berada pada keburukan yang membuat mereka sedih” (Miftah Dar As-Sa’adah, Ibnu Al-Qoyyim, 2/258)
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam berpesan agar berhati-hati memilih ketiga perkara tersebut karena dari awal memilih atau membeli kita mengetahui kebaikan atau keburukan yang berdampak dalam kehidupan. Dan senantiasa berdoa dan meminta petunjuk agar Allah memberikan pilihan terbaik.
Wallahu a’lam bi showab. []