Mengaku Muslim tapi Masih merasa aman bahkan tak merasa bergetar hati sedikit pun saat melihat umat muslim dibantai. Tak merasa khawatir, tak merasa jiwa pedulinya muncul melihat saudaranya dibantai. Padahal media mengabarkan telah terjadi penembakan, pengeboman, penahanan, serta penyiksaan terhadap umat muslim di belahan bumi ini.
Pada bulan Ramadhan Alepo kembali bergejolak, banyak umat muslim tak berdosa dibantai tanpa ampun, pengeboman terjadi disana, yang tersisa hanya puing-puing bangunan serta mayat yang bergelimpangan.
Bulan Syawal pembantaian kembali terjadi namun kali ini di Palestina. Umat Muslim dilarang masuk ke kompleks Masjid al-Aqsa. Padahal yang namanya masjid merupakan tempat ibadah umat Islam. Umat Muslim yang tengah melangsungkan Sholat Jum’at ditembaki tanpa ampun, beberapa korban tergeletak serta ada beberapa yyang telah menjadi mayat.
Saat ini bulan Dzulhizah pembantaian kembali terjadi terhadap umat Muslim, kali ini Muslim Rohingya sasarannya. Hampir 90.000 orang mengungsi ke perbatasan Bangladesh. Bukan tanpa sebab mereka mengungsi, namun tiada ampun bagi Muslim rohingya untuk tetap tinggal di Myanmar. Tempat tinggal mereka dibakar, bahkan mereka disiksa tanpa ampun serta ditembaki hingga hampir 400 orang dinyatakan tewas dalam peristiwa tersebut.
Ngaku umat Nabi Muhammad SAW, tapi berdiam diri dengan keadaan yang terjadi saat ini. Berusaha tak mendengar, bahkan banyak yang mengatakan masih untung tidak terjadi di negeri sendiri. Negeri sendiri masih perlu diurus ngapain ngurus negeri orang?
Memang betul mereka bukan bagian dari negeri ini, tapi mereka saudara seiman, muslim itu satu tubuh, harusnya ketika anggota tubuh yang satu merasakan sakit yang lain pun merasakan sakit.
Coba bayangkan Padang mahsyar itu panas tujuh matahari berada di atas kepala. Kepada siapa memohon syafa’at kalau bukan Rasulullah? Datang kepada Rasulullah meminta syafa’at dengan mengatakan “Wahai Rasulullah aku ini umatmu. Aku mencintaimu”.
Bagaimana bila Rasulullah menjawab “kamu bukan umatku, aku tidak memiliki umat sepertimu”
Orang-orang Rohingya, Palestina serta mereka yang mendapatkan kekerasan selama di dunia bahkan mereka malah tersenyum manis bersama Rasulullah karena mendapatkan syafa’atnya.
Apa yang sebetulnya membuat diri tak pernah mau peduli dengan saudara seiman, apakah karena dunia? Atau karena mereka jauh tak terlihat?
Sesuatu pastinya adalah karena dunia, padahal perlu diketahui bahwa dunia ini fana akan ada hari pembalasan yang menanti untuk dilewati. [Erna Ariani]