SEJAK zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, umat Islam sudah mempunyai bendera. Dalam bahasa Arab, bendera disebut dengan liwa’. Liwa’ sering ditemui dalam beberapa riwayat hadist tentang peperangan. Jadi, istilah liwa’ sering dikaitkan dengan rayah (panji perang).
Liwa’ dan rayah mempunyai ciri yang berbeda. Dalam beberapa riwayat disebutkan, “Rayah yang dipakai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam berwarna hitam, sedangkan liwa’ (benderanya) berwarna putih.” (HR Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah).
BACA JUGA:Ini Video dan Komentar Netizen Soal Pembakaran Bendera Tauhid oleh Banser
Meskipun terdapat hadis-hadis lain yang menggambarkan warna-warna lain untuk liwa’ dan rayah, sebagian besar ahli hadis meriwayatkan warna liwa’ dengan warna putih dan rayah dengan warna hitam. Secara ukuran, rayah lebih kecil dari liwa’. Mengenai ukuran panjang dan lebarnya, tidak ditemui riwayat yang menjelaskan secara rinci dari bendera maupun panji-panji Islam pada masa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Dalam sebuah hadis dikatakan, “Panji Rasulullah sallallahu alaihi wasallam berwarna hitam, berbentuk segi empat dan terbuat dari kain wol.” (HR Tirmidzi).
Rayah dan liwa’ sama-sama bertuliskan Laa ilaha ilallah Muhammad Rasulullah. Pada rayah (bendera hitam) ditulis dengan warna putih, sebaliknya pada liwa’ (bendera putih) ditulis dengan warna hitam.
Rayah dan liwa’ mempunyai fungsi yang berbeda. Rayah merupakan panji yang dipakai pemimpin atau panglima perang. Rayah menjadi penanda orang yang memakainya merupakan pimpinan dan pusat komando yang menggerakkan seluruh pasukan. Jadi, hanya para komandan yang memakai rayah.
Rayah diserahkan langsung oleh khalifah kepada panglima perang serta komandan-komandannya. Selanjutnya, rayah dibawa selama berperang di medan peperangan. Karena itulah, rayah disebut juga Ummu al-Harb (Induk Perang).
Mengenai hal ini, berdalil dari hadis dari Ibnu Abbas mengatakan, Rasulullah ketika menjadi panglima di Perang Khandak pernah bersabda, “Aku benar-benar akan memberikan panji (rayah) ini kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.” (HR Bukhari).
Rasulullah kemudian memberikan rayah tersebut kepada Ali bin Abi Thalib yang saat itu menjadi ketua divisi pasukan Islam.
BACA JUGA:Tanda Kita Mencintai Rasulullah
Sedangkan, fungsi liwa’ yaitu sebagai penanda posisi pemimpin pasukan. Pembawa bendera liwa’ akan terus mengikuti posisi pemimpin pasukan berada. Liwa’ dalam perperangan akan diikat dan digulung pada tombak. Riwayat mengenai liwa’, seperti yang diriwayatkan dari Jabir r.a yang mengatakan, “ Rasulullah membawa liwa’ ketika memasuki Kota Makkah saat Fathul Makkah (pembebasan Kota Makkah).” (HR Ibnu Majah).
Menurut K.H Ali Mustafa Ya’qub, tidak ada dalil kuat yang bisa mengklaim begitu saja bahwa liwa’ merupakan bendera umat Islam. Menurutnya, Islam bukan bendera, melainkan keyakinan. Keberadaan rayah dan liwa’ pada zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam hanya sebagai tanda. []
SUMBER: REPUBLIKA