TANYA: Apa yang harus kita lakukan ketika dipuji orang lain?
JAWAB: Imam Al-Ghazali rahimahullah mengatakan, “Orang yang dipuji hendaknya waspada, jangan sampai ia terjatuh dalam kesombongan, ujub dan bentuk futur lainnya. Seseorang bisa selamat dari hal-hal jelek tadi, hanya dengan mengetahui hakikat keadaan dirinya.
Hendaklah ia renungkan akan bahaya jika berada dalam akhir hidup yang jelek. Hendaklah ia waspada akan bahaya riya’ dan terhapusnya amalan. Hendaknya ia kenali diri yang orang yang memuji pun tidak mengenalnya. Kalau saja orang yang memuji itu tahu kejelekan yang ada pada dirinya, tentu ia tak akan memuji. Baiknya, ia tampakkan pula bahwa ia tidak suka pada pujian tersebut,” (Ihya’ Ulum Ad-Diin, 3: 236).
BACA JUGA: Waspadalah, Pujian Itu Berbahaya!
Juga perhatikan perkataan yang sama dari Ibnu ‘Ajibah.
Ibnu ‘Ajibah rahimahullah mengatakan, “Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu sendiri kecuali yang nampak bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu. Ada ulama yang mengatakan, ‘Barangsiapa yang begitu girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya,’“ (Lihat Iqazh Al-Himam Syarh Matn Al-Hikam, Ibnu ‘Ajibah, hlm. 159, Mawqi’ Al-Qaraq, Asy-Syamilah).
Dalam hadits disebutkan bahwa Al-Miqdad pernah menyiramkan kerikil di wajah seseorang yang memuji Usman bin ‘Affan, lantas Usman bertanya pada Miqdad, kenapa engkau melakukan seperti itu. Miqdad menjawab bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَيْتُمُ الْمَدَّاحِينَ فَاحْثُوا فِى وُجُوهِهِمُ التُّرَابَ
“Jika kalian melihat orang-orang yang doyan memuji maka siramkanlah pasir ke wajahnya,” (HR. Muslim, no. 3002).
Ada ulama yang mempraktikkan hadits ini secara tekstual seperti yang dilakukan oleh Al-Miqdad. Ada juga ulama yang memaknakan, celalah orang yang memuji tersebut. Ulama lain menyatakan bahwa maksudnya adalah kita berasal dari tanah, maka bersikap tawadhu’lah (rendah hati) dan jangan sampai ujub. Namun Imam Nawawi melemahkan penafsiran terakhir ini, (Lihat Syarh Shahih Muslim, 18: 107).
Para ulama katakan, kalau ada yang memujimu, bacalah doa seperti berikut.
Ketika dipuji, Abu Bakr berdo’a,
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
(Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka).
BACA JUGA: 3 Cara Rasulullah Menghadapi Sebuah Pujian
(Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al- Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ Al-Ahadits, Jalaluddin As-Suyuthi, 25: 145, Asy-Syamilah)
Sebagaimana disebutkan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, Al-Auza’i mengatakan bahwa ketika seseorang dipuji oleh orang lain di hadapan wajahnya, maka hendaklah ia mengucapkan do’a di atas.
Disebutkan pula dalam Adabul Mufrod karya Imam Al Bukhari mengenai hadits di atas ketika beliau sebutkan dalam Bab “Apa yang disebutkan oleh seseorang ketika ia disanjung.”
Begitu pula disebutkan dalam kitab Hilyatul Awliya’ karya Abu Na’im Al Asbahaniy bahwa ketika seseorang dipuji di hadapannya, hendaklah ia mengingkari, marah dan tidak menyukainya, ditambah membaca do’a di atas. []
SUMBER: RUMAYSHO