APABILA matahari digulung. Ya, itu adalah arti ayat 1 surat At-Takwir. Jika kita mendengar kalimat ‘apabila matahari digulung’ apa yang terpintas dalam benak kita?
Pasti, itulah hari kiamat. Hari dimana tidak ada satu makhluk pun yang bisa lolos dari hari kehancuran dunia. Hari dimana terakhir kalinya matahari bersahabat dengan kita. Bola bulat besar yang memancarkan cahaya itu akan hancur sehancur-hancurnya di akhir zaman kelak.
BACA JUGA: Menjelang Kiamat, akan Marak Penghasilan dari Pekerjaan Haram
Ungkapan “kuwwirat” menurut Imam Al-Alusi, kata ini diambil dari asal kata “kara” yang berarti melipat kain menjadi surban di kepala. Pada masyarakat Arab, memakai surban (imamah) adalah tradisi yang telah berlangsung ribuan tahun.
Untuk menunjukkan betapa mudahnya menggulung matahari bagi Allah, maka Allah memberi perumpamaan sebagaimana mudahnya orang-orang Arab menggulung kain menjadi surban.
BACA JUGA: Ka’bah Selalu Dijaga, Mengapa di Akhir Zaman Bisa Dihancurkan?
Dan apabila bintang-bintang berjatuhan.
Arti surat At-Takwir ayat 2. Diriwayatkan dari Abu Shaleh dari Ibn Abbas berkata, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Pada hari (kiamat) itu, tidak tersisa di langit satu bintang pun kecuali seluruhnya berjatuhan ke atas bumi. Hingga, lapisan bumi ketujuh terbawa ke atas dan menimpa yang di atasnya.” []