DALAM Islam segala hal pasti ada adanya, termasuk dalam makan dan minum. Diriwayatkan oleh Wahb bin Kisan, “Suatu hari aku makan bersama Nabi, lalu aku mengulurkan tanganku untuk mengambil makanan, maka beliau mengatakan kepadaku, wahai anak, ucapkanlah Bismillah sebelum makan, makanlah dengan tangan kananmu, dan ambillah makanan yang dekat letaknya denganmu.’ “ (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, ad-Darimi, dan Malik)
Dalam Hadits sudah seharusnya ditiru dari kehidupan sehari-hari Nabi, Namun tak bisa dipungkiri juga bila Nabi terbiasa hidup dalam kesederhanaan, jauh dari sikap mewah.
BACA JUGA: Berikanlah Roti Itu kepadanya
Terdapat riwayat Abu Hazim, “Saya pernah bertanya kepada Sahl bin Sa’d, ‘Apakah Nabi pernah makan roti yang bersih dari sisa-sisa kulit gandum?’
Sahl menjawab, ‘Tidak! Sejak diutus sebagai rasul sampai wafatnya beliau tak pernah melihat roti seperti itu.’
Aku bertanya lagi, ‘Apakah kalian saat itu tidak memiliki ayakan?’
Ia menjawab, ‘Sejak diutus sebagai rasul sampai wafatnya beliau tak pernah menggunakan ayakan.’
Aku bertanya lagi, ‘Bagaimana kalian makan dari gandum yang tidak diayak?’
Jawabnya,’ Kami bisa menumbuknya, kemudian meniupnya sampai kulitnya terpisah dari isinya, sedang kulit yang masih tertinggal kami masak untuk dimakan.’” (HR. Bukhari dan Nasa’i)
BACA JUGA: Kisah Ajaib Pedagang Roti yang Rajin Beristighfar
Begitulah kebiasaan hidupnya, namun bagaimana cara membuat roti itu tak jadi masalah. Tetapi yang ditegaskan ialah halal atau haramnya makanna yang kita makan.
Seperti dalam firman Allah, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (al-Baqarah: 168). []
Sumber: Sunnah Nabi dalam Pandangan Ahli Fikih dan Ahli Hadits/Penulis: Muhammad Al-Ghazali/ Penerbit: Khatulistiwa Press,2008