SOMBONG adalah karakter tercela dan dibenci Allah SWT. Karena yang berhak sombong hanya Allah Yang Maha Besar. Sedangkan manusia sangatlah lemah, ia tak akan mampu berbuat apaun tanpa seizin dan kehendakNya. Sombong juga merupakan karakter iblis yang membuat ia menjadi makhluk terkutuk dan diusir dari surga. Padahal iblis dulunya adalah makhluk yang terkenal sangat taat kepada Allah SWT dan rajin beribadah.
Lantaran kesombongannya menolak ketika diperintahkan Allah SWT untuk sujud kepada Adam as. Sehingga iblis dijanjikan Allah SWT untuk abadi di dalam neraka. Iblis beralasan bahwa dia diciptakan dari api sedangkan adam diciptakan dari tanah. Menurutnya, api lebih mulia dari tanah.
BACA JUGA: Lidah Bisa Membuat Seseorang Masuk Surga, Tapi Juga Bisa Menjerumuskan ke dalam Neraka
Ada sebuah pertanyaan yang terkadang membuat bingung sebagian masyarakat muslim berkaitan dengan perilaku takabur ini. Apakah apakah orang yang sombong kekal di neraka sebagaimana kisah iblis tadi?
Kalau jawaban ”iya”, bagaimana maksud hadits Rasulullah tentang seseorang yang telah mengucapkan laa ilaaha illallah kemudian meninggal maka dia masuk surga?
Namun jika jawabannya ”tidak”, lantas apa maksud hadits Rasulullah bahwa seseorang tidak akan masuk surga apabila dalam hatinya terdapat kesombongan walau hanya sebesar dzarrah (seukuran biji sawi)?
Secara zahir, kedua hadits di atas memang tampak terdapat ta’arudh (pertentangan makna). Namun, jika kita mau menganalisa lebih teliti dan objektif, pada kedua hadits di atas tidak ada masalah dalam sisi makna.
Agar lebih mudah memahaminya, mari kita cermati kedua teks hadits di bawah ini.
Rasulullah SAW bersabda: ”Seseorang tidak akan masuk ke dalam neraka jika dalam hatinya masih terdapat iman walau sebesar dzarrah, dan seseorang tidak akan masuk jannah jika dalam hatinya terdapat kibr walaupun sebesar dzarrah”. (Shahih al-Bukhari, 8/555)
Rasulullah SAW bersabda: ”Tidaklah seorang hamba yang meninggal dan dia masih mengucapkan laa ilaaha illallah melainkan dia akan dimasukkan ke dalam jannah”. (Shahih Muslim, 1/95, kitabul imaan, 154)
Perlu dipahami bahwa kibr atau sombong terbagi menjadi dua jenis;
Pertama, sombong yang menghapus iman secara umum. Orang tersebut tidak dimasukkan ke dalam jannah sebagaimana firman Allah,
إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“… sesungguhnya orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk neraka dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir: 60). Seperti sombongnya Fir’aun, Iblis, dan kesombongan kaum yahudi.
Kedua, sombong yang tidak menghapus iman secara umum. Jenis ini hanya menghapus kesempurnaan iman yang wajib. Seperti penghinaan terhadap ciptaan Allah, mendustakan kebenaran.
Sebagaimana sabda Rasulullah: “Al Kibru (kesombongan) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”. (Shahih Muslim, 1/93 kitab Al-Iman No. 147, Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 7/677)
Barangsiapa yang terjangkiti kesombongan jenis pertama, maka dia haram masuk ke dalam jannah untuk selamanya.
BACA JUGA: Bukan Hanya Manusia, Jin Kafir Juga Dimasukan ke Neraka
Namun, bagi siapa yang terjangkiti kesombongan jenis kedua, dia mendapat hak untuk masuk jannah (atas pahala kebaikan yang dia perbuat selama di dunia).
Haram baginya masuk jannah pada permulaan namun tidak selamanya. Maksudnya, ia akan diazab atas dosa sombongnya, kemudian setelah itu dimasukkan ke dalam jannah.
Dengan demikian, maksud dari hadits yang pertama adalah penjelasan tentang hukum orang yang terjangkiti penyakit al-Kibru atau sombong, yaitu tidak ada hak untuk masuk jannah.
Artinya, bahwa seseorang yang dalam hatinya terdapat al-Kibru (jenis pertama) walau sebesar dzarrah maka hukum bagi dia tidak masuk jannah.
Begitu juga bagi seseorang yang dalam hatinya terdapat iman walau sebesar dzarrah, maka dia dihukumi tidak masuk neraka.
Inilah penjelasan dari sisi hukum syar’i. Kemudian selebihnya Allah lebih mengetahui terhadap apa yang akan Dia perbuat terhadap hamba-Nya di kampung akhirat kelak. Wallahu a’lam. []
SUMBER: DAKWAH.ID