CERITA Samson dan Delilah sudah banyak diketahui oleh umum, yang menarik adalah kemiripan kisah tersebut dengan yang diceritakan oleh Rasulullah tentang seorang nabi bernama Sam’un Al Gahazi. Riwayat tersebut ditulis oleh Al Ghazali dalam kitab Muqasyafatul Qulub.
Dikisahkan bahwa Sam’un Ghozi AS adalah seorang Nabi dari Bani Israil yang diutus di tanah Romawi. Ia berperang melawan bangsa yang menentang Ketuhanan Allah SWT. Ketangguhan dan keperkasaan Nabi Sam’un dipergunakan untuk menentang penguasa kaum kafirin saat itu, yakni raja Israil.
Akhirnya sang raja bersiasat untuk mencari kelemahan Sam’un. Ia pun mengumumkan, barang siapa yang dapat menangkap Sam’un Ghozi, akan mendapat hadiah emas dan permata yang berlimpah.
Nabi Sam’un Ghozi AS tidak menyadari bahwa ia dijebak oleh istrinya sendiri. Sang Istri yang mengetahui kelemahan Nabi Sam’un kemudian membawanya ke hadapan raja karena tergiur oleh harta yang ditawarkannya. Nabi sam’un pun mendapatkan siksaan yang kejam dari sang raja.
Maka ia berdoa’a kepada Allah, memohon ampunan dan bertaubat, kemudian ia memohon pertolongan Allah. Do’a Nabi Sam’un dikabulkan, dan istana raja bersama seluruh masyarakatnya hancur beserta isteri dan para kerabat yang mengkhianatinya. Kemudian nabi bersumpah kepada Allah SWT, akan menebus semua dosa-dosanya dengan berjuang menumpas semua kebathilan dan kekufuran yang lamanya seribu bulan tanpa henti.
Ketika Rasulullah selesai menceritakan cerita Nabi Sam’un Ghozi AS yang berjuang fisabilillah selama seribu bulan, salah satu sahabat nabi berkata,
“Ya Rasulullah, kami ingin juga beribadah seperti nabiyullah Sam’un Ghozi AS.”
Mendengar itu, Rasulullah SAW diam sejenak. Kemudian Malaikat Jibril AS datang dan mewahyukan kepada beliau, bahwa pada bulan Ramadhan ada sebuah malam, yang mana malam itu lebih baik daripada seribu bulan. Malam itulah yang kemudian dikenal dengan nama Lailatul Qadar.
Bagaimana tentang kebenaran bahwa Nabi Sam’un yang dimaksud adalah sama dengan sosok yang dikenal sebagai Samson? Mengingat jumlah nabi dan rasul yang diutus berjumlah lebih dari seribu, mungkin saja hal itu benar.
Namun, seperti dikutip dari Muslim Daily, hadits tentang Nabi Syam’un AS termasuk kepada golongan hadis yang keabsahannya atau kepalsuannya belum bisa dipastikan, karena tiga hal, yaitu:
1. Belum didapati di dalam kitab-kitab hadits shahih;
2. Sanad hadits tidak disebut di dalam kitab Durratun Nashihin;
3. Perawi yang mengeluarkan hadits tersebut tidak disebutkan. Maka, kebenarannya pun belum bisa dipastikan. []
Sumber: Disarikan dari kitab Muqasyafatul Qulub karya Imam Al Ghazali, Muslim Daily.