MEDAN tempur Mu’tah itu menggetarkan…
Bagaimana tidak, 3.000 Muslim harus menghadapi 100.000 pasukan Romawi. Dengan senjata lengkap dan langsung dibawah komando Kaisar Heraklius yang bermarkas di Balqa.
Ditambah lagi pasukan Lakhm, Judzam, Balqin, Bahra, dan Balli sebanyak 100.000 orang.
Total pasukan Romawi saat itu 200.000 orang.
Jadi, 3.000 lawan 200.000.
Mengerikan bukan?
Tapi Abdullah ibn Rawahah bangkit, “Wahai semua orang, demi Allah, apa yang kalian tidak sukai dalam kepergian kita kali ini, sebenarnya justru merupakan sesuatu yang kita cari. Yaitu mati syahid. Kita tidak berperang dengan manusia karena jumlah, kekuatan dan banyaknya personil. Kita tidak memerangi mereka melainkan karena agama ini, yang dengannya Allah telah memuliakan kita. Maka berangkatlah, karena di sana hanya ada salah satu dari dua kebaikan, kemenangan atau syahid.”
Pertempuran pun terjadi.
Pertama, panji Rasulullah Ar Rayah dipegang Zaid bin Haritsah sebagai panglima kaum Muslimin. Gagah berani bertempur meluluh lantakan pertahanan musuh, hingga akhirnya sebilah tombak mengantarkannya syahid.
Kedua, panji Ar Rayah langsung disambut Jafar bin Abu Thalib. Di atas kuda jiwa kstarianya menyebabkan musuh kelabakan, bak singa ngamuk di tengah pertempuran.
Kudanya kena senjata, Jafar terlempar, dan bertarung dengan sengit. Tangan kanannya putus, panji itu dipindahnya ke tangan kiri. Tangan kiri putus, panji pun disekap lengan di dadanya. Berdarah-darah. Terus melawan dan mengibarkannya hingga syahid.
Ketiga, Abdullah ibn Rawahah sigap mengambil panji. Dikibarkannya, diserobotnya musuh dengan gagah berani. Hingga beliau pun syahid.
Keempat, panji segera diambil Tsabit Ibn Arqam, “Wahai kaum Muslimin, angkatlah seseorang di anatara kalian?”
“Engkau saja,” jawab mereka.
“Aku tak sanggup.”
Akhirnya mereka mengangkat Khalid bin Walid sebagai panglima perang. Dibawah komando Khalid, kita pun lega menyeksamai kisah Perang Mu’tah ini..
Bila sejarah demikian jelas menggambarkan betapa para shabat demikian gigih memerjuangkan kalimat tauhid, buka hanya pemikiran, tenaga dan harta, bahkan nyawa mereka serahkan demi kemuliaan gama ini.
Lalu apa yang terjadi hari ini?
Bendera tahuid dihinakan, dinista, dan dispelekan.
Ya Allah, ampuni kami.
La Illaha Illallah..
Dengan kalimah ini kami hidup.
Dengan kalimat ini kami rindukan kematian.
Dan dengan kalimat ini pula kami harap beroleh syafaat dan kasih sayang-MU. []