JIKA seseorang ingin memeluk Islam, maka langkah pertama yang harus ia lakukan ialah mengucapkan dua kalimah syahadat. Kalimah tersebut bukanlah sembarang kalimah, melainkan mengandung makna yang amat sangat berarti bagi umat Muslim. Hal itu sebagai janji setiap insan kepada Sang Khalik.
Dalam ungkapan Laa ilaaha illallah, mengandung arti bahwa kita telah menyatakan dan meyakini bahwa tiada yang wajib disembah dengan haq (benar) di alam semesta ini kecuali Allah SWT. Tapi, mengapa banyak orang yang melupakannya?
Gemerlap dunia telah membuat setiap orang menjadi buta. Buta di sini bukan berarti ia tidak bisa melihat, melainkan mata hatinya tertutup untuk mengingat Allah sebagai Tuhannya. Ia malah asyik dengan dunia yang secara tidak langsung telah menjerumuskannya pada kesesatan yang nyata.
Salah satu contohnya ialah ketika seseorang diperbudak oleh harta. Rasa cintanya terhadap harta melebihi rasa cinta kepada kekasihnya, terutama Allah SWT. Hal ini membuatnya lupa terhadap janjinya sendiri, yang menyatakan bahwa Allah itu satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Tapi, ia mengingkarinya dengan bertuhan kepada harta. Bukan hanya harta, tapi benda-benda lain yang menurutnya membawa keberkahan bagi dirinya juga menjadi Tuhan untuknya.
Setiap Muslim tentu harus memiliki keimanan, yang berarti percaya adanya Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi, yang memberikannya kenikmatan. Tapi, karena suatu pandangan yang salah dalam menilai sesuatu, kepercayaannya mulai bergeser kepada hal yang tidak seharusnya. Seseorang menjadi lebih percaya terhadap suatu hal yang bersifat materi dibandingkan kepada Allah SWT.
Inilah yang banyak terjadi di kalangan umat Muslim. Mereka memang mengaku masih beragama Islam, tapi mereka lebih percaya pada suatu benda yang menurutnya memberikan kesejahteraan hidup. Padahal, Allah-lah yang memberikan itu semua kepada kita. Tapi, kebanyakan kita mengingkarinya. []
Sumber: Fiqh Ibadah Praktis dan Mudah/Karya: KH. Ust. Yahya Abdul Wahid Dahlan Al-Mutamakkin/Penerbit: Islamic Fiqh Centre (IFC) Semarang