WASHINGTON—Amerika Serikat (AS) telah memotong lebih dari 200 juta dolar AS bantuan ekonomi untuk Palestina. Langkah tersebut secara drastis mengurangi kontribusi kepada Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Seorang pejabat senior AS, Jumat (24/8/2018) mengatakan, Presiden Donald Trump telah memerintahkan Departemen Luar Negeri AS mengalihkan pendanaan program-program di Tepi Barat ke proyek prioritas tinggi di tempat lain yang belum ditentukan. Keputusan tersebut diambil karena adanya tantangan yang dihadapi komunitas internasional dalam memberikan bantuan di Gaza.
BACA JUGA: Erdogan: Amerika Serikat Adalah Bagian dari Masalah, Bukan Solusi
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) secara cepat mengecam langkah AS. PLO menyebut AS telah melakukan pemerasan murahan sebagai alat politik. PLO juga menegaskan, warga Palestina dan pemimpinnya tidak akan diintimidasi dan tidak akan menyerah.
“Hak-hak rakyat Palestina tidak untuk dijual,” kata anggota Komite Eksekutif PLO Hanan Ashrawi.
Hanan menegaskan, tidak ada kejayaan dalam penindasan yang dilakukan terus-menerus serta menghukum orang-orang yang berada di bawah pendudukan. Pemerintahan AS telah menunjukkan kejahatan persekongkolan dengan pendudukan Israel dan pencurian tanah dan sumber daya.
“Lalu, sekarang melakukan kekejaman ekonomi dengan menghukum para korban Palestina dari pekerjaan ini,” katanya.
Keputusan pemotongan pendanaan Palestina itu terjadi di tengah krisis kemanusiaan yang parah di Jalur Gaza. Ratusan warga Palestina kehilangan nyawa akibat kekerasan Israel sejak Maret 2018 lalu dalam aksi protes di perbatasan Gaza.
BACA JUGA: Di KTT ke-29 Liga Arab, Raja Salman Kecam Iran dan Amerika Serikat
Sebaliknya, AS yang merupakan sekutui utama Israel, justru memberi bantuan militer tahunan sebesar 3,1 miliar dolar AS kepada Israel. Tahun depan, angka itu akan meningkat menjadi 3,8 miliar dolar AS.
Para pejabat di Jalur Gaza, yang dikendalikan Hamas sejak 2007, telah mengecam AS atas dukungannya kepada Israel. Hamas menyatakan bahwa gedung putih telah lama kehilangan kredibilitas regionalnya. []
SUMBER: AL JAZEERA