YERUSALEM—Amerika Serikat (AS) mengubah status konsulatnya di Yerusalem pada Kamis (18/10/2018). Konsulat tersebut ditempatkan di bawah otoritas kedutaan Washington di Yerusalem.
Konsulat yang selama bertahun-tahun berfungsi sebagai kedutaan besar de facto untuk Palestina itu kini digabung dengan kedutaan AS di Israel. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan pengakuan AS terhadap kendali Israel atas Palestina.
BACA JUGA: Palestina Terpilih Jadi Pemimpin G77 di PBB
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan langkah ini sebagai bentuk efisiensi dan efektivitas.
“kami akan mencapai efisiensi yang signifikan dan meningkatkan efektivitas dalam mengumumkan keputusan tersebut, didorong oleh upaya global kami untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi kami,” kata Pompeo.
Pompeo menambahkan bahwa kebijakan AS terhadap Yerusalem, Tepi Barat, atau Jalur Gaza, tidak berubah.
“Kami akan terus melakukan berbagai pelaporan, penjangkauan, dan pemrograman di Tepi Barat dan Gaza serta dengan warga Palestina di Yerusalem melalui Unit Urusan Palestina baru di Kedutaan Besar AS di Yerusalem,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Saeb Erekat menyangkal dalih yang diutarakan Pompeo. Dia menilai, langkah AS menunjukkan bahwa pemerintahan Donald Trump telah sepenuhnya mendukung narasi Israel, termasuk soal Yerusalem, pengungsi dan permukiman.
“Keputusan ini tidak ada hubungannya dengan efisiensi dan upaya menyenangkan tim ideologis AS yang bersedia membubarkan fondasi kebijakan luar negeri AS dan sistem internasional untuk memberikan penghargaan atas pelanggaran dan kejahatan Israel,” ungkap Erekat.
Erekat menegaskan, AS yang selama ini menjadi juru damai antara Israel-Palestina, bukan memberikan solusi, malah menciptakan masalah baru.
“Pemerintahan Trump adalah bagian dari masalah, bukan bagian dari solusi,” tambahnya.
BACA JUGA: Tentara Israel Serang Demonstran Gaza, 130 Terluka
Sebelumnya, para pejabat Palestina telah memutuskan hubungan dengan AS karena keputusan Trump yang kontroversial dengan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan memindahkan kedutaan AS ke kota tersebut.
Sementara itu, Trump terus mempersiapkan rencana perdamaian Palestina-Israel yang disebut-sebut sebagai ‘kesepakatan abad ini’. Di sisi lain, Palestina terus menolak peran Washington sebagai mediator dalam perundingan perdamaian dengan Israel. []
SUMBER: ANADOULU